KEPERAWATAN ANAK I (Anak sakit)


Kelompok 7
o Reinaldi
o Olvi B
o Ratu ananda TS
o Djaya

Akademi keperawatan bala keselamatan palu
Tahun 2015
KATA
PENGANTAR
Puji dan syukur kami
panjatkan kepada TUHAN Yang Maha Esa . atas berkat dan anugrahnya kami dapat
menyelesaikan makalah kelompok ini dengan tepat waktu. Kami juga tidak lupa
berterimah kasih kepada dosen yang memberikan tugas ini sebagai bagian dari
metode pembelajaran.
makalah ini tentunya tidak lepas dari
kesalahan , maka dari hal itu kami sangat berharap kritik dan masukan dari
pembaca makalah ini. Sebagai evaluasi pembelajaran untuk kami.
palu
o6 april 2015
tim penulis
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR .......................................................................................................... i
Daftar isi ........................................................................................................................ ii
BAB
I PENDAHULUAN .................................................................................................... 1
A.
Latar belakang .......................................................................................................... 1
B.
Tujuan .................................................................................................................... 1-2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................ 3
A.
Pengertian ............................................................................................................. 3-4
B.
Klasifikasi ................................................................................................................ 4-5
C.
Etiologi ..................................................................................................................... 5
D.
Manifestasi klinik .................................................................................................... 6-7
E.
Patofisiologi ............................................................................................................. 8
F.
Komplikasi ............................................................................................................... 8
G.
Pemeriksaan diagnostic ............................................................................................ 9
H.
Penatalaksanaan ................................................................................................... 9-11
I.
Prognosis ................................................................................................................ 11
J.
Pencegahan
........................................................................................................... 11
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................... 12
A.
Pengkajian ............................................................................................................ 12-13
B.
Diagnose ................................................................................................................. 13
C.
Intervensi ............................................................................................................. 13-16
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 17
A.
Kesimpulan .............................................................................................................. 18
B.
Saran ........................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Lahun
1840 Heine untuk pertama kali mengumpulkan beberapa kasus poliomielitis di
Jerman. Tahun 1890 Medin di Stockholm mengemukakan gambaran epidemi
poliomielitis. Atas jasa- jasa penemuan kedua sarjana ini, maka penyakit
tersebut juga disebut Heine – Medin.
Paul (1955) mengemukakan bahwa 40-50
tahun yang lalu di Eropa Utara terdapat penderita poliomyelitis terbanyak pada
umur 0-4 tahun, kemudian berubah menjadi 5-9 tahun dan kini di Swedia pada umur
7-15 tahun, bahkan akhir-akhir ini pada usia 15-25 tahun.
Goar (1955) dalam uraiannya tentang
poliomyelitis di negeri yang baru berkembang dengan sanitasi yang buruk
berkesimpulan bahwa didaerah-daerah tersebut pada epidemi poliomyelitis
ditemukan 90% pada anak dibawah umur 5 tahun ini disebabkan penduduk telah
mendapatkan infeksi atau imunitas pada masa anak.
B. TUJUAN
1.
TUJUAN
UMUM
Di harapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa mampu :
a.
Mengerti
definisi penyakit poliomilitis
b.
Mengetahui
asuhan keperawatan pada penyakit poliomyelitis
2.
Tujuan
kusus
Di
harapkan setelah membaca makalah ini, mahasiswa mampu:
a.
Mengerti
definisi poliomyelitis
b.
mengetahuii
Etiologi poliomyelitis
c.
mengetahui Patofisiologi poliomyelitis
d.
mengetahui
Manifestasi poliomyelitis
e.
mengetahui
Komplikasi poliomyelitis
f.
mengetahui
Pencegahan poliomyelitis
g.
mengetahui
Penatalaksanaan poliomyelitis
h.
mengetahui
Asuhan keperawatan pada pasien poliomyelitis
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
poliomyelitis adalah penyakit
menular yang akut disebabkan olehvirus dengan predileksi pada sel anterior masa
kelabu tulang belakang dan inti motorik batang otak,dan akibat rusak susunan
saraf tersebut mengakibatkan kelimpuhan serta atrofi otot.

Poliomyelitis adalah radang akut pada sumsum tulang
belakang karena virus, dengan gejala demam, sakit leher, sakit kepala, muntah,
kaku tengkuk dan punggung, sering kali menyerang tanduk depan zat kelabu sumsum
belakang.

Poliomielitis adalah penyakit yang
akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu
sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan
bagian susunan saraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot.
Poliomielitis adalah penyakit
menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang
anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP=Acute Flaccid Paralysis).
B.
KLASIFIKASI
1.
Polio non paralisis
Polio non-paralisis
menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot
pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.
2.
Polio paralitik
Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus polio
berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis
dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan
tanda-tanda lain, seperti:
Sakit kepala
a.
Kram
otot leher dan punggung
b.
Sembelit/konstipasi
c.
Sensitif terhadap rasa raba
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi
terinfeksinya, yaitu:
1)
Polio Spinal
Strain poliovirus ini menyerang
saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol
pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat
menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita
akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada
kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler
darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang
saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik. Pada periode
inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki
kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh
bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan
mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring
dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan
menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot
yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem
saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi
ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf
pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan
perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan
menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang dewasa, lebih
sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai.
2) Polio jenis ini disebabkan oleh
tidak adanya kekebalan alami sehingga Bulbar polio
batang
otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur
pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang
mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang
berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori
yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan
dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang
mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur
pergerakan leher.
Tanpa alat
bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh
persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot
pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah
terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke
paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan;
korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan
atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan
sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan
apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini
membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara
di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau
tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara
terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat
menyebabkan koma dan kematian.
C.
ETIOLOGI
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus,
dibagi tiga yaitu :
a. Brunhilde (virus Tipe 1)
b. Lansing (virus Tipe 2)
c. Leon (virus Tipe 3)
Virus
poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel, infeksi dapat terjadi
oleh satu atau lebih tipe tersebut yang dapat dibuktikan dengan ditemukan 3
macam zat anti dalam serum seorang pasien. Epidemik yang luas dan ganas
biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemik yang ringan oleh tipe 3,
kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik.
Virus
ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam deep
freezer. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia termasuk sulfonamida,
antibiotika, eter, fenol, dan gliserin. Virus dapat dimusnahkan dengan cara
pengeringan atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat seperti peroksida
atau kalium permanganat. Reservoir alamiah satu-satunya ialah manusia walaupun
virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa inkubasi biasanya antara 7-10
hari, tetapi kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 3-35 hari.
D. MANIFESTASI KLINIK
massa inkubasi biasanya antara 7-14 hari , tetapi kadang
kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 2-35 hari .
apalagi
seseorang terkena polio , kemungkinan akan timbul salah satu keadaan ini
1.
infenksi
asimtomatis = silent infection
2.
polio mielitis
abortif = mild (minor) illness
3.
poliomyelitis non paralitik
4.
Poliomyelitis
paralitik
a.
Infeksi asimtomatis (silent infection)
Poliomyelitis bentuk ini hanya dapat di ketahui melalui dari pemeriksaan
labaratorik, hal ini di sebabkan oleh adanya daya tahan tubuhnya cukup baik
sehingga tidak terdapat gejal klinik sama sekali
b.
Poliomyelitis
abortif
Biasanya
menimbulkan gejal seperti panas dan jarang melebihi 39oc ,
sakit tenggorokan , sakit kepala mual
muntah anoreksia , sakit perut malaise , faring terlihat sedikit hiperemi
pemeriksaan neorologis yang normal . gejal klinis ini berlangsung beberapa hari
dan diagnosis tidak dapat di tegakan hanya berdasarkan gejala klinis
c. Poliomyelitis
non paralitik
Perlangsungannya bersifat bifasik ,
gejala awal berupa abortif . gejala gejala ini timbul beberapa hari kadang kadang
diikuti masa penyembuhan sementara untuk kemudian masuk dalam fase kedua dengan
demam, nyeri otot. Khas dari bentuk ini
adalah adanya nyeri otot dan kaku belakang leher, tubuh dan anggota gerak .
Pada bayi dapat terjadi kejang . gejal
klinis berlangsung 2-10 hari kadang kadang terjadi paresis dan paralisis
semenara , sedangkan paralisis yang permanen hanya di jumpai pada sebagian
kecil kasus
d. Poliomyelitis
paralitik
Biasanya tanda dan gejalanya sama dengan
poliomyelitis non paralitik
Pada anak –anak bentuk bifasik ini
terjadi pada awalnya awalnya berupa gejala abortif di inkuti membaiknya keadaan selam 1-7 hari ,
kemudian di susul dengan timbulnya gejala yg lebih berat di sertai dengan tanda
tanda gangguan saraf .
Paralisis biasanya
terjadi pada saat panas tubuh mulai turun. Cirri khas paralisis ini adalah
asimetris dan sering terjadi pada anggota gerak bagian bawah seperti m.
quadriceps femoris , tibialis anterior , peroneus dan biasanya lebih berat di
bandingkan otot yang lain sedangkan bila mengenai lengan biasanya pada biseps
dan triseps.
E.
PATOFISIOLOGI
virus polio di tularkan melalui jalur feco-oral atau
meminum air yg terkontaminasi .
partikel virus pada mulanya akan
beriplikasi dalam nasofaring dan traktus gastrointestinalis kemudian menginvasi
ke dalam jaringan limfoid untuk seterusnya menyebar secara hematogen . setelah periode viremia , virus menjadi
neorotropik dan menyebabkan destruksi motor neuron menyebabkan terjadinya
paralise flaccid tipe bulbar ataupun spinalis
F.
KOMPLIKASI
Komplikasi
yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak
kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot,
sering ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan
terserang polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada.
Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio.
Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan
otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan. Selain itu ada
juga komplikasinya yaitu: Hiperkalsuria, Melena, Pelebaran lambung akut,
Hipertensi ringan, Pneumonia, Ulkus dekubitus dan emboli paru, Psikosis.
G.
PEMERIKSAAN
DIAGNOSIS
1.
Pemeriksaan
laboratorium
a.
Pemeriksaan
darah biasanya dalam batas waktu normal, laju endap darah meningkat sedikit ,
lekopenia/lekotositosis ringan terjadi pada stadium dini .
b.
Cairan
serebrospinalis
Biasanya
tekana serebrospinalis normal normal, cairan liquor jernih , pleositosis antara 15-500 sel/mm3
dengan sel limfosit yang predominan tetapi pada stadium awal sel PMN lebih
dominan . kadar protein normal pada minggu ke 1 , meningkat pada minggu ke dua
dan ketiga kadar glukosa dan klorida dalam
batas normal
c.
Isolasi
virus polio
1)
Dapat
di peroleh dari apusan tenggorak satu minggu sebelum dan sesudah paralisis
2)
Dari
tinja pada minggu 2-6 minggu bahkan sampai 12 minggu setelah gejala klinis
d.
Pemeriksaan
immunoglobulin mempunyai nilai diagnostic bila terjadi keanaikanb titer
antibody 4x dari imonoglobin G (IgG) atau immunoglobin M (IgM) Yg positif .
2.
Magnetic
Resonance Imaging (MRI) mungkin
menunjukkan lokalisasi peradangan pada tanduk anterior sumsum tulang belakang.
H. PENATALAKSANAAN
Tidak
ada pengobatan yang spesifik . di berika obat simtopatis dan suportif .
istanahat total jangan di lakukan terlalu lama . apabila keadaan berat suda
redah . istrahat sangat penting di fase akut Karena terdapat hubungan antara
banyaknya keaktifan tubuh dengan beratnya suatu penyakit.
1.
Poliomyelitis
abortif
a. Cukup di berikan analgsik dan sedatifa untuk
meengurangi mialgia atau nyeri kepala .
b. Diet yg adekuat.
c. Istahat sampai suhu tubuh normal untuk beberapa hari
sebaiknya aktifitas yg berlebihan di cegah selama 2 bulan . 2 buln kemudian di
periksa system neuroskeletal secara teliti
2.
Poliomyelitis
non paralitic
a. Sama seperti tipe abortif
b. Selai di beri anelgetika dan sedatif dapat di
kombinasi dengan hangat selama 15-30 menit , setiap 2-4 jam
3.
Poliomyelitis
paralitic
a. Membutuhkan perawatan di rumah sakit
b. Istrahat total minimal 7 hari atau sedikitnya sampai
fase akut di lampaui.
c. Selama fase akut kebersihan mulut di jaga.
d. Perubahan posisi penderita di lakukan dengan
penyangga persendihan tampah menyentuh otot dan hindari gerakan memeluk
punggung
e. Fisioterapi di lakukan sedini mungkin sesudah fase
akut , mulai dengan latihan pasif dengan maksud untuk mencegah terjadinya
diformitas .
f. Interferon : di berikan sedini mungkin untuk
mencegah paralitic progresif
4.
Poliomyelitis
bentuk bulbar
a. Perawatan khussu terhadap paralysis palatum, seperti
pemberian makanan dalam bentuk padat semisolid .
b. Selama fase akut dan berat , di lakukan drainase
postural dengan posisi kaki lebih tinggi (20o-25o) muka
pada satu posisi untuk mencegah terjadinya aspirasi , pengisapan lender di
lakukan secara teratur dan hati hati , kalau perlu trakaeostomi.
5.
Ehabilitasi dan
fisioterapi
Bila
rerjadi kelumpuhan yang progresif di lakukan 2-4 hari bebas panas . fisioterapi
tidak dapat mencegah terjadinya atrovi akibat denervasi kornu anterior , tetapi
dapat mencegah deformitas.
a. Stadium akut atau subakut
Stadium ini berlangsung
kira kira enam minggu maka harus di berikan :
1) Proper position
2) Hot pack
b. Stadium konvalensi
1) Konvalensi awal berlangsung 3 minggu sampai 3 bulan
2) Konvalensi lambat berlangsung selama 3 bulan sampai
2 tahun
6.
Stadium residual
Tindakan
di tunjukan pada perbaikan ortesta (brace) dan tindakan bedah tulang.
I.
PROGNOSIS
Prognosis
bergantung pada daerah yang terkena , beratnya lesi, dan penanganan gangguan
pernafasan .
Angka
kematian bervariasi dalam setiap epidemi anatar 5-10 % , kematian sering dia
akibatkan oleh lesi pada bulbaris dan otot pernafasan
J.
PENCEGAHAN
1. Jangan masuk daerah wabah
2. Didaerah wabah sebaiknya di hindari fakto factor
predisposisi sperti tonsilektomi , suntik, dan lain lain
3. Mengurangi aktifitas jasmani yang berlebihan
4. Imunisasi aktif
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. PENGKAJIAN
a. Riwayat kesehatan
1) Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat
imunitas
b. Pemeriksaan
fisik
1)
Nyeri kepala
2) Paralisis
3) Refleks tendon berkurang
4) Kaku kuduk
5) Brudzinky
c.
pengkajian pada bayi
1) Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan
posisi tungkai menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan
menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.
2) Lakukan rangsangan
dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil pada telapak kaki bayi.
Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.
3) Pegang bayi pada ketiak
dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan kaki menekuk, pada bayi
lumpuh tungkai tergantung lemas.
d. pengkajian
pada anak
1) Mintalah anak
berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.
2) Mintalah anak
berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalami kelumpuhan tidak bisa
melakukannya.
3) Mintalah anak
meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa melakukannya.
4) Mintalah anak
berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun kembali. Anak yang mengalami
kelumpuhan akan mencoba berdiri dengan berpegangan merambat pada tungkainya.
5) Tungkai yang
mengalami lumpuh pasti lebih kecil.
B. DIAGNOSA
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan
paralisis
2. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang
menyerang sistem saraf
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah
4. Ansietas berhubungan dengan penurunan status
kesehatan
C.
INTERVENSI
1.
Gangguan
mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1.
Tentukan
aktivitas atau keadaan fisik anak
|
Memberikan
informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
|
2.
Catat dan
terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
|
Kelelahan
yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
|
3.
Indetifikasi
factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat. |
Memberikan
kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan
mobilitas
|
4.
Evaluasi kemampuan untuk
melakukan mobilisasi secara aman
|
Latihan
berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.
|
2. Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang
menyerang sistem saraf
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Lakukan
strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
|
Theknik-theknik
seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan
dapat lebih di toleransi
|
Libatkan
orang tua dalam memilih strategi
|
Karena
orang tua adalah yang lebih mengetahui anak
|
Minta
orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
|
Latihan
ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang
diperlukan
|
Kolaborisan
untuk pemberian analgesic
|
Analgesic
dapat menurunkan skala nyeri yg di rasakan anak.
|
3. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
pola makan anak
|
Mengetahui
intake dan output anak
|
Berikan
makanan secara adekuat
|
Untuk
mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
|
Timbang
berat badan
|
Mengetahui
perkembangan anak
|
Berikan
makanan kesukaan anak
|
Menambah
masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
|
Berikan
makanan sedikit tapi sering
|
Mempermudah
proses pencernaan
|
4.
Kecemasan pada
anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas
|
Respon
keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
|
Nyatakan
retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa
yang dipercaya. |
Pasien
mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
|
Sediakan
informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.
|
Informasi
yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang. |
Hidari
harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan
lancar”. |
Karena
dapat membuat keluarga dan putus asa akan terapi yg akan di berikan.
|
BAB
IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Poliomielitis
adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada
sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak,
dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan
serta atropi otot.
Poliomielitis
dapat disebabkan oleh beberapa macam tipe virus seperti, Brunhilde, Lansing,
dan Leon. Virus polio hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf
tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan manifestasi klinisnya, Poliomyelitis
dibagi menjadi beberapa tipe.
Selain
itu, pada pasien dengan penyakit polio dapat dilakukan berbagai macam
pemeriksaan yaitu pemeriksaan laboratorium dan radiologik. Penatalaksanaan yang
dapat dilakukan pada pasien dengan poliomyelitis sesuai dengan tanda dan gejala
yang muncul. Karena penyebaran penyakit polio yang dapat melalui feses dan
makanan, maka kita dapat melakukan pencegahan pada posyandu dan puskesmas.
Selain itu, poliomyelitis juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit
antara lain, melena, hipertensi ringan, pneumonia.
B. SARAN
1. Diharapkan setelah membaca makalah
ini kita sebagai calon perawat dapat mengetahui defenisi, penyebab, tanda dan
gejala , sampai komplikasi yg di timbulkan oleh penyakit poliomyelitis
2. Setelah membaca makalah ini
mahasiswa keperawatan dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien
poliomyelitis
DAFTAR PUSTAKA
Hasan,
Rusepno. DKK. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta
: FKUI
Herdman,
Heater. 2012. Nanda International : Diagnosis Keperawatan : Definisi dan
Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC
Doctherman,
Joanne McCloskey dan Bulecheck, Gloria N. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). USA : Mosby
Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta
: EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar