Sabtu, 09 Mei 2015

keperawatan anak. askep poliomielitis by reinaldi. wimi




KEPERAWATAN ANAK I (Anak sakit)
poliomielitis
 images.jpg
Kelompok 7
o   Reinaldi
o   Olvi B
o   Ratu ananda TS
o   Djaya
                                               Akper BK.jpg
Akademi keperawatan bala keselamatan palu
Tahun 2015


KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada TUHAN Yang Maha Esa . atas berkat dan anugrahnya kami dapat menyelesaikan makalah kelompok ini dengan tepat waktu. Kami juga tidak lupa berterimah kasih kepada dosen yang memberikan tugas ini sebagai bagian dari metode pembelajaran.
 makalah ini tentunya tidak lepas dari kesalahan , maka dari hal itu kami sangat berharap kritik dan masukan dari pembaca makalah ini. Sebagai evaluasi pembelajaran untuk kami.


                                                                 
                                                                                                                                                                                                                              palu o6 april 2015

                                                                                     tim penulis


DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i
Daftar isi ........................................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN  .................................................................................................... 1
A.      Latar belakang .......................................................................................................... 1
B.      Tujuan .................................................................................................................... 1-2
BAB II PEMBAHASAN  ........................................................................................................ 3
A.      Pengertian ............................................................................................................. 3-4
B.      Klasifikasi ................................................................................................................ 4-5
C.      Etiologi ..................................................................................................................... 5
D.      Manifestasi klinik .................................................................................................... 6-7
E.       Patofisiologi ............................................................................................................. 8
F.       Komplikasi ............................................................................................................... 8
G.     Pemeriksaan diagnostic ............................................................................................ 9
H.      Penatalaksanaan ................................................................................................... 9-11
I.        Prognosis ................................................................................................................ 11
J.        Pencegahan  ........................................................................................................... 11
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ...................................................................................... 12
A.      Pengkajian ............................................................................................................ 12-13
B.      Diagnose ................................................................................................................. 13
C.      Intervensi ............................................................................................................. 13-16
BAB IV PENUTUP ............................................................................................................ 17
A.      Kesimpulan .............................................................................................................. 18
B.      Saran ........................................................................................................................ 18
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 19
 




i




                           



BAB I
PENDAHULUAN
A.    LATAR BELAKANG
Lahun 1840 Heine untuk pertama kali mengumpulkan beberapa kasus poliomielitis di Jerman. Tahun 1890 Medin di Stockholm mengemukakan gambaran epidemi poliomielitis. Atas jasa- jasa penemuan kedua sarjana ini, maka penyakit tersebut juga disebut Heine – Medin.
Paul (1955) mengemukakan bahwa 40-50 tahun yang lalu di Eropa Utara terdapat penderita poliomyelitis terbanyak pada umur 0-4 tahun, kemudian berubah menjadi 5-9 tahun dan kini di Swedia pada umur 7-15 tahun, bahkan akhir-akhir ini pada usia 15-25 tahun.

Goar (1955) dalam uraiannya tentang poliomyelitis di negeri yang baru berkembang dengan sanitasi yang buruk berkesimpulan bahwa didaerah-daerah tersebut pada epidemi poliomyelitis ditemukan 90% pada anak dibawah umur 5 tahun ini disebabkan penduduk telah mendapatkan infeksi atau imunitas pada masa anak.

B.     TUJUAN
1.      TUJUAN UMUM
Di harapkan setelah membaca makalah ini mahasiswa mampu :
a.       Mengerti definisi penyakit poliomilitis
b.      Mengetahui asuhan keperawatan pada penyakit poliomyelitis
2.      Tujuan kusus
Di harapkan setelah membaca makalah ini, mahasiswa mampu:
a.       Mengerti definisi poliomyelitis
b.      mengetahuii Etiologi poliomyelitis
c.       mengetahui  Patofisiologi poliomyelitis
d.      mengetahui Manifestasi poliomyelitis
e.       mengetahui Komplikasi poliomyelitis
f.       mengetahui Pencegahan poliomyelitis
g.      mengetahui Penatalaksanaan poliomyelitis
h.      mengetahui Asuhan keperawatan pada pasien poliomyelitis





























BAB II
PEMBAHASAN
A.    Pengertian
poliomyelitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan olehvirus dengan predileksi pada sel anterior masa kelabu tulang belakang dan inti motorik batang otak,dan akibat rusak susunan saraf tersebut mengakibatkan kelimpuhan serta atrofi otot.
vy.jpg
Poliomyelitis adalah radang akut pada sumsum tulang belakang karena virus, dengan gejala demam, sakit leher, sakit kepala, muntah, kaku tengkuk dan punggung, sering kali menyerang tanduk depan zat kelabu sumsum belakang.
images.jpg
Poliomielitis adalah penyakit yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan saraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot.
Poliomielitis adalah penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi virus polio dan biasanya menyerang anak-anak dengan gejala lumpuh layuh akut (AFP=Acute Flaccid Paralysis).

B.     KLASIFIKASI
1.       Polio non paralisis
Polio non-paralisis menyebabkan demam, muntah, sakit perut, lesu, dan sensitif. Terjadi kram otot pada leher dan punggung. Otot terasa lembek jika disentuh.
2.       Polio paralitik
Kurang dari 1 persen orang yang terinfeksi virus polio berkembang menjadi polio paralisis atau menderita kelumpuhan. Polio paralisis dimulai dengan demam. Lima sampai tujuh hari berikutnya akan muncul gejala dan tanda-tanda lain, seperti:
  Sakit kepala
a.         Kram otot leher dan punggung
b.      Sembelit/konstipasi
c.       Sensitif terhadap rasa raba
Polio paralisis dikelompokkan sesuai dengan lokasi terinfeksinya, yaitu:
1)        Polio Spinal
Strain poliovirus ini menyerang saraf tulang belakang, menghancurkan sel tanduk anterior yang mengontrol pergerakan pada batang tubuh dan otot tungkai. Meskipun strain ini dapat menyebabkan kelumpuhan permanen, kurang dari satu penderita dari 200 penderita akan mengalami kelumpuhan. Kelumpuhan paling sering ditemukan terjadi pada kaki. Setelah poliovirus menyerang usus, virus ini akan diserap oleh kapiler darah pada dinding usus dan diangkut ke seluruh tubuh. Poliovirus menyerang saraf tulang belakang dan motorneuron yang mengontrol gerak fisik. Pada periode inilah muncul gejala seperti flu. Namun, pada penderita yang tidak memiliki kekebalan atau belum divaksinasi, virus ini biasanya akan menyerang seluruh bagian batang saraf tulang belakang dan batang otak. Infeksi ini akan mempengaruhi sistem saraf pusat dan menyebar sepanjang serabut saraf. Seiring dengan berkembangbiaknya virus dalam sistem saraf pusat, virus akan menghancurkan motorneuron. Motorneuron tidak memiliki kemampuan regenerasi dan otot yang berhubungan dengannya tidak akan bereaksi terhadap perintah dari sistem saraf pusat. Kelumpuhan pada kaki menyebabkan tungkai menjadi lemas. Kondisi ini disebut acute flaccid paralysis (AFP). Infeksi parah pada sistem saraf pusat dapat menyebabkan kelumpuhan pada batang tubuh dan otot pada dada dan perut, disebut quadriplegia. Anak-anak dibawah umur 5 tahun biasanya akan menderita kelumpuhan 1 tungkai, sedangkan jika terkena orang dewasa, lebih sering kelumpuhan terjadi pada kedua lengan dan tungkai.

2)    Polio jenis ini disebabkan oleh tidak adanya kekebalan alami sehingga Bulbar polio
batang otak ikut terserang. Batang otak mengandung motorneuron yang mengatur pernapasan dan saraf otak, yang mengirim sinyal ke berbagai otot yang mengontrol pergerakan bola mata; saraf trigeminal dan saraf muka yang berhubungan dengan pipi, kelenjar air mata, gusi, dan otot muka; saraf auditori yang mengatur pendengaran; saraf glossofaringeal yang membantu proses menelan dan berbagai fungsi di kerongkongan; pergerakan lidah dan rasa; dan saraf yang mengirim sinyal ke jantung, usus, paru-paru, dan saraf tambahan yang mengatur pergerakan leher.
Tanpa alat bantu pernapasan, polio bulbar dapat menyebabkan kematian. Lima hingga sepuluh persen penderita yang menderita polio bulbar akan meninggal ketika otot pernapasan mereka tidak dapat bekerja. Kematian biasanya terjadi setelah terjadi kerusakan pada saraf otak yang bertugas mengirim ‘perintah bernapas’ ke paru-paru. Penderita juga dapat meninggal karena kerusakan pada fungsi penelanan; korban dapat ‘tenggelam’ dalam sekresinya sendiri kecuali dilakukan penyedotan atau diberi perlakuan trakeostomi untuk menyedot cairan yang disekresikan sebelum masuk ke dalam paru-paru. Namun trakesotomi juga sulit dilakukan apabila penderita telah menggunakan ‘paru-paru besi’ (iron lung). Alat ini membantu paru-paru yang lemah dengan cara menambah dan mengurangi tekanan udara di dalam tabung. Kalau tekanan udara ditambah, paru-paru akan mengempis, kalau tekanan udara dikurangi, paru-paru akan mengembang. Dengan demikian udara terpompa keluar masuk paru-paru. Infeksi yang jauh lebih parah pada otak dapat menyebabkan koma dan kematian.



C.   ETIOLOGI
Penyebab poliomyelitis Family Pecornavirus dan Genus virus, dibagi tiga yaitu :
a.    Brunhilde (virus Tipe 1)
b.    Lansing (virus Tipe 2)
c.    Leon (virus Tipe 3)
Virus poliomyelitis tergolong dalam enterovirus yang filtrabel, infeksi dapat terjadi oleh satu atau lebih tipe tersebut yang dapat dibuktikan dengan ditemukan 3 macam zat anti dalam serum seorang pasien. Epidemik yang luas dan ganas biasanya disebabkan oleh virus tipe 1, epidemik yang ringan oleh tipe 3, kadang-kadang menyebabkan kasus yang sporadik.
Virus ini dapat hidup dalam air untuk berbulan-bulan dan bertahun-tahun dalam deep freezer. Dapat tahan terhadap banyak bahan kimia termasuk sulfonamida, antibiotika, eter, fenol, dan gliserin. Virus dapat dimusnahkan dengan cara pengeringan atau dengan pemberian zat oksidator yang kuat seperti peroksida atau kalium permanganat. Reservoir alamiah satu-satunya ialah manusia walaupun virus juga terdapat pada sampah atau lalat. Masa inkubasi biasanya antara 7-10 hari, tetapi kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 3-35 hari.


D.  MANIFESTASI KLINIK
massa inkubasi biasanya antara 7-14 hari , tetapi kadang kadang terdapat kasus dengan masa inkubasi 2-35 hari .
apalagi seseorang terkena polio , kemungkinan akan timbul salah satu keadaan ini
1.      infenksi asimtomatis = silent infection
2.      polio mielitis abortif  = mild (minor) illness
3.       poliomyelitis non paralitik
4.      Poliomyelitis paralitik
a.       Infeksi asimtomatis (silent infection)
       Poliomyelitis bentuk ini hanya dapat di ketahui melalui dari pemeriksaan labaratorik, hal ini di sebabkan oleh adanya daya tahan tubuhnya cukup baik sehingga tidak terdapat gejal klinik sama sekali
b.      Poliomyelitis abortif
Biasanya menimbulkan gejal seperti panas dan jarang melebihi 39oc , sakit  tenggorokan , sakit kepala mual muntah anoreksia , sakit perut malaise , faring terlihat sedikit hiperemi pemeriksaan neorologis yang normal . gejal klinis ini berlangsung beberapa hari dan diagnosis tidak dapat di tegakan hanya berdasarkan gejala klinis
c.       Poliomyelitis non paralitik
Perlangsungannya bersifat bifasik , gejala awal berupa abortif . gejala gejala ini timbul beberapa hari kadang kadang diikuti masa penyembuhan sementara untuk kemudian masuk dalam fase kedua dengan demam, nyeri otot.  Khas dari bentuk ini adalah adanya nyeri otot dan kaku belakang leher, tubuh dan anggota gerak .
Pada bayi dapat terjadi kejang . gejal klinis berlangsung 2-10 hari kadang kadang terjadi paresis dan paralisis semenara , sedangkan paralisis yang permanen hanya di jumpai pada sebagian kecil kasus
d.      Poliomyelitis paralitik
Biasanya tanda dan gejalanya sama dengan poliomyelitis non paralitik
Pada anak –anak bentuk bifasik ini terjadi pada awalnya awalnya berupa gejala abortif di inkuti membaiknya keadaan selam 1-7 hari , kemudian di susul dengan timbulnya gejala yg lebih berat di sertai dengan tanda tanda gangguan saraf .
Paralisis biasanya terjadi pada saat panas tubuh mulai turun. Cirri khas paralisis ini adalah asimetris dan sering terjadi pada anggota gerak bagian bawah seperti m. quadriceps femoris , tibialis anterior , peroneus dan biasanya lebih berat di bandingkan otot yang lain sedangkan bila mengenai lengan biasanya pada biseps dan triseps.

E.     PATOFISIOLOGI
virus polio di tularkan melalui jalur feco-oral atau meminum air  yg terkontaminasi . partikel  virus pada mulanya akan beriplikasi dalam nasofaring dan traktus gastrointestinalis kemudian menginvasi ke dalam jaringan limfoid untuk seterusnya menyebar secara hematogen .  setelah periode viremia , virus menjadi neorotropik dan menyebabkan destruksi motor neuron menyebabkan terjadinya paralise flaccid tipe bulbar ataupun spinalis

F.      KOMPLIKASI
Komplikasi yang paling berat adalah kelumpuhan yang menetap. Kelumpuhan terjadi sebanyak kurang dari 1 dari setiap 100 kasus, tetapi kelemahan satu atau beberapa otot, sering ditemukan. Kadang bagian dari otak yang berfungsi mengatur pernafasan terserang polio, sehingga terjadi kelemahan atau kelumpuhan pada otot dada. Beberapa penderita mengalami komplikasi 20-30 tahun setelah terserang polio. Keadaan ini disebut sindroma post-poliomielitis, yang terdiri dari kelemahan otot yang progresif, yang seringkali menyebabkan kelumpuhan. Selain itu ada juga komplikasinya yaitu: Hiperkalsuria, Melena, Pelebaran lambung akut, Hipertensi ringan, Pneumonia, Ulkus dekubitus dan emboli paru, Psikosis.



G.   PEMERIKSAAN DIAGNOSIS
1.      Pemeriksaan laboratorium
a.       Pemeriksaan darah biasanya dalam batas waktu normal, laju endap darah meningkat sedikit , lekopenia/lekotositosis ringan terjadi pada stadium dini .
b.      Cairan serebrospinalis
Biasanya tekana serebrospinalis normal normal, cairan liquor  jernih , pleositosis antara 15-500 sel/mm3 dengan sel limfosit yang predominan tetapi pada stadium awal sel PMN lebih dominan . kadar protein normal pada minggu ke 1 , meningkat pada minggu ke dua dan ketiga kadar glukosa dan klorida dalam  batas normal
c.       Isolasi virus polio
1)      Dapat di peroleh dari apusan tenggorak satu minggu sebelum dan sesudah paralisis
2)      Dari tinja pada minggu 2-6 minggu bahkan sampai 12 minggu setelah gejala klinis
d.      Pemeriksaan immunoglobulin mempunyai nilai diagnostic bila terjadi keanaikanb titer antibody 4x dari imonoglobin G (IgG) atau immunoglobin M (IgM) Yg positif .
2.      Magnetic Resonance Imaging (MRI) mungkin menunjukkan lokalisasi peradangan pada tanduk anterior sumsum tulang belakang.



H.    PENATALAKSANAAN
Tidak ada pengobatan yang spesifik . di berika obat simtopatis dan suportif . istanahat total jangan di lakukan terlalu lama . apabila keadaan berat suda redah . istrahat sangat penting di fase akut Karena terdapat hubungan antara banyaknya keaktifan tubuh dengan beratnya suatu penyakit.
1.      Poliomyelitis abortif
a.       Cukup di berikan analgsik dan sedatifa untuk meengurangi mialgia atau nyeri kepala .
b.      Diet yg adekuat.
c.       Istahat sampai suhu tubuh normal untuk beberapa hari sebaiknya aktifitas yg berlebihan di cegah selama 2 bulan . 2 buln kemudian di periksa system neuroskeletal secara teliti
2.      Poliomyelitis non paralitic
a.       Sama seperti tipe abortif
b.      Selai di beri anelgetika dan sedatif dapat di kombinasi dengan hangat selama 15-30 menit , setiap 2-4 jam
3.      Poliomyelitis paralitic
a.       Membutuhkan perawatan di rumah sakit
b.      Istrahat total minimal 7 hari atau sedikitnya sampai fase akut di lampaui.
c.       Selama fase akut kebersihan mulut di jaga.
d.      Perubahan posisi penderita di lakukan dengan penyangga persendihan tampah menyentuh otot dan hindari gerakan memeluk punggung
e.       Fisioterapi di lakukan sedini mungkin sesudah fase akut , mulai dengan latihan pasif dengan maksud untuk mencegah terjadinya diformitas .
f.       Interferon : di berikan sedini mungkin untuk mencegah paralitic progresif
4.      Poliomyelitis bentuk bulbar
a.       Perawatan khussu terhadap paralysis palatum, seperti pemberian makanan dalam bentuk padat semisolid .
b.      Selama fase akut dan berat , di lakukan drainase postural dengan posisi kaki lebih tinggi (20o-25o) muka pada satu posisi untuk mencegah terjadinya aspirasi , pengisapan lender di lakukan secara teratur dan hati hati , kalau perlu trakaeostomi. 
5.      Ehabilitasi dan fisioterapi
Bila rerjadi kelumpuhan yang progresif di lakukan 2-4 hari bebas panas . fisioterapi tidak dapat mencegah terjadinya atrovi akibat denervasi kornu anterior , tetapi dapat mencegah deformitas.
a.       Stadium akut atau subakut
Stadium ini berlangsung kira kira enam minggu maka harus di berikan :
1)      Proper position
2)      Hot pack
b.      Stadium konvalensi
1)      Konvalensi awal berlangsung 3 minggu sampai 3 bulan
2)      Konvalensi lambat berlangsung selama 3 bulan sampai 2 tahun
6.      Stadium residual
Tindakan di tunjukan pada perbaikan ortesta (brace) dan tindakan bedah tulang.

I.       PROGNOSIS
Prognosis bergantung pada daerah yang terkena , beratnya lesi, dan penanganan gangguan pernafasan .
Angka kematian bervariasi dalam setiap epidemi anatar 5-10 % , kematian sering dia akibatkan oleh lesi pada bulbaris dan otot pernafasan

J.       PENCEGAHAN
1.      Jangan masuk daerah wabah
2.      Didaerah wabah sebaiknya di hindari fakto factor predisposisi sperti tonsilektomi , suntik, dan lain lain
3.      Mengurangi aktifitas jasmani yang berlebihan
4.      Imunisasi aktif





BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    PENGKAJIAN
a.       Riwayat kesehatan
1)      Riwayat pengobatan penyakit-penyakit dan riwayat imunitas
b.        Pemeriksaan fisik
1) Nyeri kepala
2)   Paralisis
3)   Refleks tendon berkurang
4)   Kaku kuduk
5)   Brudzinky
c. pengkajian pada bayi
1) Perhatikan posisi tidur. Bayi normal menunjukkan posisi tungkai menekuk pada lutut dan pinggul. Bayi yang lumpuh akan menunjukkan tungkai lemas dan lutut menyentuh tempat tidur.
2) Lakukan rangsangan dengan menggelitik atau menekan dengan ujung pensil pada telapak kaki bayi. Bila kaki ditarik berarti tidak terjadi kelumpuhan.
3) Pegang bayi pada ketiak dan ayunkan. Bayi normal akan menunjukkan gerakan kaki menekuk, pada bayi lumpuh tungkai tergantung lemas.
d. pengkajian pada anak
1) Mintalah anak berjalan dan perhatikan apakah pincang atau tidak.
2) Mintalah anak berjalan pada ujung jari atau tumit. Anak yang mengalami kelumpuhan tidak bisa melakukannya.
3) Mintalah anak meloncat pada satu kaki. Anak yang lumpuh tak bisa melakukannya.
4) Mintalah anak berjongkok atau duduk di lantai kemudian bangun kembali. Anak yang mengalami kelumpuhan akan mencoba berdiri dengan berpegangan merambat pada tungkainya.
5) Tungkai yang mengalami lumpuh pasti lebih kecil.

B.     DIAGNOSA
1.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis
2.      Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang sistem saraf
3.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah
4.      Ansietas berhubungan dengan penurunan status kesehatan

C.     INTERVENSI
1.      Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan paralisis
INTERVENSI
RASIONAL
1.       Tentukan aktivitas atau keadaan fisik anak
Memberikan informasi untuk mengembangkan rencana perawatan bagi program rehabilitasi.
2.       Catat dan terima keadaan kelemahan (kelelahan yang ada)
Kelelahan yang dialami dapat mengindikasikan keadaan anak
3.       Indetifikasi factor-faktor yang mempengaruhi kemampuan untuk aktif seperti
pemasukan makanan yang tidak adekuat.
Memberikan kesempatan untuk memecahkan masalah untuk mempertahankan atau meningkatkan mobilitas
4.       Evaluasi kemampuan untuk melakukan mobilisasi secara aman
Latihan berjalan dapat meningkatkan keamanan dan efektifan anak untuk berjalan.

2.      Nyeri berhubungan dengan proses infeksi yang menyerang sistem saraf

INTERVENSI
RASIONAL
Lakukan strategi non farmakologis untuk membantu anak mengatasi nyeri
Theknik-theknik seperti relaksasi, pernafasan berirama, dan distraksi dapat membuat nyeri dan dapat lebih di toleransi
Libatkan orang tua dalam memilih strategi
Karena orang tua adalah yang lebih mengetahui anak
Minta orang tua membantu anak dengan menggunakan srtategi selama nyeri
Latihan ini mungkin diperlukan untuk membantu anak berfokus pada tindakan yang diperlukan
Kolaborisan untuk pemberian analgesic
Analgesic dapat menurunkan skala nyeri yg di rasakan anak.










3.        Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan anoreksia, mual muntah

INTERVENSI
RASIONAL
Kaji pola makan anak
Mengetahui intake dan output anak
Berikan makanan secara adekuat
Untuk mencakupi masukan sehingga output dan intake seimbang
Timbang berat badan
Mengetahui perkembangan anak
Berikan makanan kesukaan anak
Menambah masukan dan merangsang anak untuk makan lebih banyak
Berikan makanan sedikit tapi sering
Mempermudah proses pencernaan








4.     Kecemasan pada anak dan keluarga b/d kondisi penyakit.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji tingkat realita bahaya bagi anak dan keluarga tingkat ansietas
Respon keluarga bervariasi tergantung pada pola kultural yang dipelajari.
Nyatakan retalita dan situasi seperti apa yang dilihat keluarga tanpa menayakan apa
yang dipercaya.
Pasien mugkin perlu menolak realita sampai siap menghadapinya.
Sediakan informasi yang akurat sesuai kebutuhan jika diminta oleh keluarga.

Informasi yang menimbulkan ansietas dapat diberikan dalam jumlah yang dapat
dibatasi setelah periode yang diperpanjang.
Hidari harapan –harapan kosong mis ; pertanyaan seperti “ semua akan berjalan
lancar”.
Karena dapat membuat keluarga dan putus asa akan terapi yg akan di berikan.






BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Poliomielitis adalah penyakit menular yang akut disebabkan oleh virus dengan predileksi pada sel anterior massa kelabu sumsum tulang belakang dan inti motorik batang otak, dan akibat kerusakan bagian susunan syaraf tersebut akan terjadi kelumpuhan serta atropi otot.
Poliomielitis dapat disebabkan oleh beberapa macam tipe virus seperti, Brunhilde, Lansing, dan Leon. Virus polio hanya menyerang sel-sel dan daerah susunan saraf tertentu. Oleh karena itu, berdasarkan manifestasi klinisnya, Poliomyelitis dibagi menjadi beberapa tipe.
Selain itu, pada pasien dengan penyakit polio dapat dilakukan berbagai macam pemeriksaan yaitu pemeriksaan laboratorium dan radiologik. Penatalaksanaan yang dapat dilakukan pada pasien dengan poliomyelitis sesuai dengan tanda dan gejala yang muncul. Karena penyebaran penyakit polio yang dapat melalui feses dan makanan, maka kita dapat melakukan pencegahan pada posyandu dan puskesmas. Selain itu, poliomyelitis juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi penyakit antara lain, melena, hipertensi ringan, pneumonia.




B.     SARAN
1.      Diharapkan setelah membaca makalah ini kita sebagai calon perawat dapat mengetahui defenisi, penyebab, tanda dan gejala , sampai komplikasi yg di timbulkan oleh penyakit poliomyelitis
2.      Setelah membaca makalah ini mahasiswa keperawatan dapat mengetahui asuhan keperawatan pada pasien poliomyelitis

























DAFTAR PUSTAKA
Hasan, Rusepno. DKK. 1985. Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : FKUI
Herdman, Heater. 2012. Nanda International : Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta : EGC
Ngastiyah. 2005. Perawatan Anak Sakit Edisi 2. Jakarta : EGC
Doctherman, Joanne McCloskey dan Bulecheck, Gloria N. 2008. Nursing Interventions Classification (NIC). USA : Mosby
Smeltzer, Suzanne. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah vol 3. Jakarta : EGC






 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar