Tugas : Kelompok 5
Dosen : W. Yunestri Mukti, S.Kep, M.Kep.
![]() |
RUPTUR UTERI

Oleh Mahasiswa(i)
Nama :Renaldi (130034)
Ratu ananda triasarman (130033)
Riksen septiadi (130017)
Tingkat : II
A
AKADEMI KEPERAWATAN BALA KESELAMATAN
PALU
TAHUN 2015
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena kuasa-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN RUPTUR UTERI”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih
jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang
sifatnya membangun demi kemajuan dalam pembuatan makalah kami.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga
makalah ini dapat memberi manfaat dan pengetahuan, khususnya dalam mata kuliah MATERNITAS. Sekian dan terima kasih.
Palu, Maret 2015
Penulis
Daftar isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN
............................................................................... 1
A. Latar belekang .............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 3
A.
Pengertian .............................................................................................. 3
B.
Etiologi ................................................................................................... 3
C.
Klasifikasi .............................................................................................. 1
D.
Manifestasi
klinik ................................................................................... 5
E.
Pemeriksaan
penunjang .......................................................................... 6
F.
Penatalaksanaan ..................................................................................... 6
G.
Managemen ............................................................................................ 7
BAB
III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 8
A.
Pengkajian .............................................................................................. 8
B.
Diagnosa
keperawatan ........................................................................... 9
C.
Intervensi
keperawatan .......................................................................... 9
D.
Evaluasi .................................................................................................. 9
BAB
IV PENUTUP ......................................................................................... 13
A.
Kesimpulan ........................................................................................... 13
B.
Saran ..................................................................................................... 13
Daftar
pustaka ................................................................................................... 14
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
belakang
Perlukaan
pada jalan lahir dapat terjadi pada wanita yang telah melahirkan bayi setelah
masa persalinan berlangsung. Persalinan adalah proses keluarga seorang bayi dan
plasenta dari rahim ibu. Jika seseorang ibu setelah melahirkan bayinya
mengalami perdarahan. Maka hal ini dapat diperkirakan bahwa perdarahan tersebut
disebabkan oleh retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap. Pada
keadaan ini di mana plasenta lahir lengkap dan kontraksi uterus membaik, dapat
dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan dari jalan lahir.
Perlukaan ini dapat terjadi oleh karena kesalahan sewaktu memimpin suatu
persalinan, pada waktu persalinan operatif melalui vagina seperti ekstraksi
cunem, ekstraksi vakum, embrotomi atau traume akibat alat-alat yang dipakai.
Selain itu perlukaan pada jalan lahir dapat pula terjadi oleh karena memang
disengaja seperti pada tindakan episiotomi. Tindakan ini dilakukan untuk
mencegah terjadinya robekan perinium yang luas dan dalamnya disertai pinggir
yang tidak rata, di mana penyembuhan luka akan lambat dan terganggu.
Penyebab
kematian janin dalam rahim paling tinggi yang berasal dari faktor ibu adalah
penyulit kehamilan seperti ruptur uteri. Ruptur uteri merupakan salah satu bentuk
perdarahan yang terjadi pada kehamilan lanjut dan persalinan, selain plasenta
previa, solusio plasenta, dan gangguan pembekuan darah. Penyebab
kematian janin dalam rahim paling tinggi oleh karena faktor ibu yaitu ibu dengan
penyulit kehamilan ruptur uteri.
Terjadinya ruptura uteri pada
seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih merupakan suatu bahaya besar yang
mengancam jiwanya dan janinnya kematian ibu dan anak karena ruptur uteri masih
tinggi. Insidens dan angka kematian yang tertinggi kita jumpai di negara-negara
yang sedang berkembang, seperti Afrika dan Asia. Angka ini sebenernya dapat
diperkecil bila ada pengertian dari para ibu dan masyarakat. Prenatal care,
pimpinan partus yang baik, disamping fasilitas pengangkutan dari daerah-daerah perifer
dan penyediaan darah yang cukup juga merupakan faktor yang penting.
B.
Tujuan
1.
Tujuan umum : Mahasiswa
keperawtan mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit
konjungtivitis.
2.
Tujuan
khusus :
Mahasiswa keperawatan mampu :
a.
Menjelaskan
pengertian Ruptur Uteri.
b.
Menyebutkan
penyebab Ruptur Uteri.
c.
Menyebutkan
gambaran klinis dari Ruptur Uteri.
d.
Menjelaskan
patofisiologi dan patway Ruptur Uteri.
e.
Menjelaskan
pemeriksaan penunjang dan diaonostik Ruptur Uteri.
f.
Mengetahui
danmampu melaksanakan Askep tentang
Ruptur Uteri.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita
dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan
nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal )
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat
kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral.
( Obstetri dan Ginekologi )
B.
Etiologi
1.
Riwayat pembedahan terhadap fundus atau
korpus uterus
2.
Induksi dengan oksitosin yang
sembarangan atau persalinan yang lama
Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus (
Helen, 2001 )
C.
Klasifikasi
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
1.
Menurut
waktu terjadinya
a.
Ruptur
Uteri Gravidarum
1)
Waktu
sedang hamil
2)
Sering
lokasinya pada korpus
b.
Ruptur
Uteri Durante Partum
1)
Waktu
melahirkan anak
2)
Ini
yang terbanyak
2.
Menurut
lokasinya
a.
Korpus
uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi seperti seksio sesarea klasik ( korporal ),
miemoktomi
b.
Segmen
bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak
maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya
c.
Serviks
uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan
ekstraksi forsipal atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum
lengkap
d.
Kolpoporeksis,
robekan-robekan di antara serviks dan vagina
3.
Menurut
robeknya peritoneum
a.
Ruptur
uteri Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya (
perimetrium ) ; dalam hal ini terjadi
hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya
peritonitis
b.
Ruptru
Uteri Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek peritoneumnya.
Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke ligamentum latum
4.
Menurut
etiologinya
a.
Ruptur
uteri spontanea
Menurut etiologinya dibagi menjadi dua :
1)
Karena
dinding rahim yang lemah dan cacat
a)
bekas
seksio sesar
b)
bekas
miomectomia
c)
bekas
perforasi waktu keratase
d)
bekas
histerorafia
e)
bekas
pelepasan plasenta secara manual
f)
pada
gravida dikornu yang rudimenter dan graviditas interstitialis
g)
kelainan
kongenital dari uterus
h)
penyakit
pada rahim
i)
dinding
rahim tipis dan regang ( gemelli & hidramnion )
2)
Karena
peregangan yang luar biasa dari rahim
a)
pada panggul sempit atau kelainan bentuk
dari panggul
b)
janin
yang besar
c)
kelainan
kongenital dari janin
d)
kelainan letak janin
e)
malposisi dari kepala
f)
adanya
tumor pada jalan lahir
g)
rigid
cervik
h)
retrofleksia
uteri gravida dengan sakulasi
i)
grandemultipara
dengan perut gantung ( pendulum )
j)
pimpinan
partus salah
b.
Ruptur
uteri violent
1)
Karena
tindakan dan trauma lain :
a)
Ekstraksi
forsipal
b)
Versi
dan ekstraksi
c)
Embriotomi
d)
Braxton
hicks version
e)
Sindroma
tolakan
f)
Manual
plasenta
g)
Kuretase
h)
Ekspresi
kristeller atau crede
i)
Trauma
tumpul dan tajam dari luar
j)
Pemberian
piton tanpa indikasi dan pengawasan
D.
Manifestasi klinik
Manifestasi klinis ruptur uteri dapat
terjadi secara dramatis atau tenang.
1.
Dramatis
a.
Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen
bawah saat kontraksi hebat memuncak
b.
Penghentian kontraksi uterus disertai
hilangnya rasa nyeri
c.
Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit
atau hemoragi )
d.
Terdapat tanda dan gejala syok, denyut
nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
e.
Bagian
presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
f.
Janin dapat tereposisi atau
terelokasi secara dramatis dalam abdomen
ibu
g.
Bagian janin lebih mudah dipalpasi
h.
Gerakan janin dapat menjadi kuat dan
kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih
didengar
i.
Lingkar
uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin
seperti berada diluar uterus ).
2.
Tenang
a.
Kemungkinan terjadi muntah
b.
Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
c.
Nyeri berat pada suprapubis
d.
Kontraksi uterus hipotonik
e.
Perkembangan persalinan menurun
f.
Perasaan ingin pingsan
g.
Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
h.
Perdarahan vagina ( kadang-kadang
)Tanda-tanda syok progresif
i.
Kontraksi dapat berlanjut tanpa
menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
j.
DJJ mungkin akan hilang
E.
Pemeriksaan penunjang
1.
Pemeriksaan umum
Takikardi dan hipotensi merupakan
indikasi dari kehilangan darah akut, biasanya perdarahan eksterna dan
perdarahan intra abdomen
2.
Pemeriksaan
Abdomen.
Sewaktu persalinan, kontur uterus yang
abnormal atau perubahan kontur uterus yang tiba-tiba dapat menunjukkan adanya
ekstrusi janin. Fundus uteri dapat terkontraksi dan erat dengan bagian-bagian
janin yang terpalpasi dekat dinding abdomen diatas fundus yang berkontraksi.
Kontraksi uterus dapat berhenti dengan mendadak dan bunyi jantung janin
tiba-tiba menghilang. Sewaktu atau segera melahirkan, abdomen sering sangat
lunak, disertai dengan nyeri lepas mengindikasikan adanya perdarahan intraperitoneum
3.
Pemeriksaan pelvis
Menjelang kelahiran, bagian presentasi
mengalami regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah
mengalami ekstrusi ke dalam rongga peritoneum. Perdarahan pervaginam mungkin
hebat.
4.
Laparoscopy : untuk menyikapi adanya
endometriosis atau kelainan bentuk panggul / pelvis.
5.
Pemeriksaan laboratorium.
a.
HB dan hematokrit untuk mengetahui batas
darah HB dan nilai hematikrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan darah. HB
< 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan anemia berat.
6.Urinalisis : hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung
kemih.
F.
Penatalaksanaan
indakan pertama
adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian
infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan
umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan
tindakan jenis operasi :
1.
Berikan segera cairan isotonic(ringer
lakta atau garam fisiologi) 500ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomy.
2.
Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak
dan plasenta.
3.
Bila konservasi uterus masih di perlukan
dan kondisi jaringan memungkinkan,lakukan reprarasi uterus
4.
Bila luka mengalami nekrosis yang luas
dan kondisi pasien mengkawatirkan lakukan histerektomi
5.
Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drai
dari kavum abdomen
6.
Anti biotic dan serum anti tetanus, Bila
terdapat tanda-tanda infeksi(demam,mengigil,darah)
G.
Manajemen
1.
Segera
hubungi dokter, konsultan, ahli anestesi, dan staff kamar operasi
2.
Buat
dua jalur infus intravena dengan intra kateter no 16 : satu oleh larutan
elektrolit, misalnya oleh larutan rimger laktat dan yang lain oleh tranfusi
darah. ( jaga agar jalur ini tetap tebuka dengan mengalirkan saline normal,
sampai darah didapatkan ).
3.
Hubungi
bank darah untuk kebutuhan tranfusi darah cito, perkiraan jumlah unit dan
plasma beku segar yang diperlukan
4.
Berikan
oksigen
5.
Buatlah
persiapan untuk pembedahan abdomen segera ( laparatomi dan histerektomi )
6.
Pada
situasi yang mengkhawatirkan berikan kompresi aorta dan tambahkan oksitosin
dalam cairan intra vena.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.
Pengkajian
1.
Identitas : Sering terjadi pada ibu usia
dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
2.
Keluhan utama : Perdarahan dari jalan
lahir, badan lemah, limbung, keluar
keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3.
Riwayat kehamilan dan persalinan :
Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli,
hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil.
Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus
lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.
4.
Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan
hipertensi
5.
Pengkajian fisik :
a.
Tekanan darah : Normal/turun ( kurang
dari 90-100 mmHg)
b.
Nadi : Normal/meningkat ( 100-120
x/menit)
c.
Pernafasan : Normal/ meningkat (
28-34x/menit )
d.
Suhu : Normal/ meningkat
e.
Kesadaran : Normal / turun
f.
Fundus uteri/abdomen : lembek/keras,
subinvolusi
g.
Kulit : Dingin,v
berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill memanjan
h.
Pervaginam : Keluar darah, robekan,
lochea ( jumlah dan jenis )
i.
Kandung
kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang
B.
Diagnosa
keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
pervaginam
2.
Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan
pervaginam
3.
Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan
atau ancaman kematian
4.
Resiko infeksi b/d perdarahan
5.
Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan
C.
Intervensi keperawatan
1.
Kekurangan volume cairan b/d perdarahan
pervaginam
a.
Tujuan
Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki
volume cairan
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Tidurkan
pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang
|
Dengan kaki
lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak
dan organ lain.
|
Monitor tanda
vital
|
Perubahan
tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
|
Monitor intake
dan output setiap 5-10 menit
|
Perubahan
output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
|
Evaluasi kandung kencing
|
Kandung
kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
|
Lakukan masage
uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis.
|
Massage uterus
merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan
diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
|
Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
|
Trauma yang terjadi pada daerah
vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila
terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
Bila tekanan darah semakin turun,
denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan
semakin hebat, segera kolaborasi.
|
Berikan infus atau cairan intravena
|
Cairan
intravena dapat meningkatkan volume intravascular
|
Berikan uterotonika ( bila
perdarahan karena atonia uteri )
|
Uterotonika
merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
|
Berikan antibiotic
|
Antibiotik mencegah infeksi yang
mungkin terjadi karena perdarahan
|
Berikan transfusi whole blood ( bila
perlu )
|
Whole
blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.
|
2.
Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan
pervaginam
a.
tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam
batas normal
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Monitor
tanda vital tiap 5-10 menit
|
Perubahan
perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
|
Catat
perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
|
Dengan
vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer
berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
|
Kaji
ada / tidak adanya produksi ASI
|
Perfusi
yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI
|
Tindakan
kolaborasi :
|
Monitor
kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda
hipoksia jaringan )
|
Berikan
terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi
sirkulasi jaringan ).
|
mencegah
hipoksia
|
3.
Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan
atau ancaman kematian
a.
Tujuan : Klien dapat mengungkapkan
secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau
hilang.
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Kaji
respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
|
Persepsi
klien mempengaruhi intensitas cemasnya
|
Kaji
respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
|
Perubahan
tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
|
Perlakukan
pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
|
Memberikan
dukungan emosi
|
Berikan
informasi tentang perawatan dan pengobatan
|
Informasi
yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
|
Bantu
klien mengidentifikasi rasa cemasnya
|
Ungkapan
perasaan dapat mengurangi cemas
|
Kaji
mekanisme koping yang digunakan klien
|
Cemas
yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.
|
4.
Resiko infeksi sehubungan dengan
perdarahan
a.
tujuan : Tidak terjadi infeksi (lokea
tidak berbau dan TV dalam batas normal)
INTERVENSI
|
RASIOANAL
|
Catat
perubahan tanda vital
|
Perubahan
tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
|
Catat
adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan
nyeri panggul
|
Tanda-tanda
tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak
terdeteksi
|
Monitor
involusi uterus dan pengeluaran lochea
|
Infeksi
uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan
|
Perhatikan
kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis
dan saluran kencing
|
Infeksi
di tempat lain memperburuk keadaan
|
Berikan
perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut
jangan sampai terlalu basah |
pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan
dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan resiko infeksi. |
5.
Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan
a.
Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak
terjadi penurunan kesadaran
dan tanda-tanda dalam batas normal)
dan tanda-tanda dalam batas normal)
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
Anjurkan
pasien untuk banyak minum
|
Peningkatan
intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular sehingga dapat
meningkatkan volume intravascular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.
|
Observasitanda-tandavital
tiap 4 jam.
|
Perubahan
tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini.
|
Observasi
terhadap tanda-tanda dehidrasi.
|
Dehidrasi
merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani secara baik.
|
Observasi
intake cairan dan output.
|
Intake cairan
yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
|
Kolaborasi
dalam : - Pemberian cairan infus / transfuse
|
Cairan
intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat meningkatkan
perfusi jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock.
|
Pemberian
koagulantia dan uterotonika.
|
Koagulan
membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika merangsang kontraksi
uterus dan mengontrol perdarahan.
|
D.
Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan
hasil :
1.
Tanda vital
dalam batas normal :
a.
Tekanan darah :
110/70-120/80 mmHg
b.
Denyut nadi :
70-80 x/menit
c.
Pernafasan : 20
– 24 x/menit
d.
Suhu : 36 – 37 oc
2.
Kadar Hb : Lebih
atau sama dengan 10 g/dl
3.
Gas darah dalam
batas normal
4.
Klien dan
keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan
pengobatan yang dilakukan
5.
Klien dan
keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan psikologis
dan emosinya
6.
Klien dapat
melakukan aktifitasnya sehari-hari
7.
Klien tidak
merasa nyeri
8.
Klien dapat
mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Ruptur
Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat
dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan
maternal dan neonatal ) dimana yang menjadi penyebabnya adalah riwayat
pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus, induksi dengan oksitosin yang
sembarangan atau persalinan yang lama serta presentasi abnormal ( terutama
terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ) ( Helen, 2001 ) dengan Tanda dan
gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Ruptur
uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut waktu terjadinya,
Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum, Menurut etiologinya, dan
Menurut simtoma klinik
B. Saran
1. Untuk
Akademi
Diharapkan
kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang dapat menunjang
perkuliahan, khususnya mata kuliah Keperawatan Maternitas dan mata kuliah lainnya.
2.
Untuk
mahasiswa
Untuk dapat membaca dan memberikan masukan tentang
makalah ini serta dapat mempergunakan makalah ini sebagai bahan penunjang
materi pembelajaran.
3.
Untuk pembaca
Agar dapat
membaca makalah dan menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan yang
bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang lainnya.
Daftar
pustaka
1.
Brunner &
Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot
Company, Pholadelpia.
2.
Klein. S (1997),
A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
3.
Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity
Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book, Philadelpia.
4.
Prawirohardjo
Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.
5.
RSUD Dr. Soetomo
(2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR, Surabaya
6.
Subowo (1993),
Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung
7.
Tabrani Rab 9
1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.
.....
i
Tidak ada komentar:
Posting Komentar