Senin, 18 Mei 2015

RUPTUR UTERI (KEPERAWATAN MATERNITAS )



Tugas             :           Kelompok 5
Dosen                        :           W. Yunestri Mukti, S.Kep, M.Kep.


 


RUPTUR UTERI

Akper BK.jpg

Oleh Mahasiswa(i)
                     Nama       :Renaldi (130034)
Ratu ananda triasarman (130033)
Riksen septiadi (130017)

Tingkat  :        II A




AKADEMI KEPERAWATAN BALA KESELAMATAN PALU
TAHUN 2015


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, oleh karena kuasa-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini dengan judul “ASUHAN KEPERAWATAN RUPTUR UTERI”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun demi kemajuan dalam pembuatan makalah kami.
Tak lupa pula kami mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberi manfaat dan pengetahuan, khususnya dalam mata kuliah MATERNITAS. Sekian dan terima kasih.



Palu, Maret 2015

      Penulis









 
Daftar isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................... i
Daftar isi ............................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN  ............................................................................... 1
A.    Latar belekang .............................................................................................. 1
B.     Tujuan .......................................................................................................... 2
BAB II TINJAUAN TEORI ....................................................................... 3
A.    Pengertian .............................................................................................. 3
B.     Etiologi ................................................................................................... 3
C.     Klasifikasi .............................................................................................. 1
D.    Manifestasi klinik ................................................................................... 5
E.     Pemeriksaan penunjang .......................................................................... 6
F.      Penatalaksanaan ..................................................................................... 6
G.    Managemen ............................................................................................ 7
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN............................................................ 8
A.    Pengkajian .............................................................................................. 8
B.     Diagnosa keperawatan ........................................................................... 9
C.     Intervensi keperawatan .......................................................................... 9
D.    Evaluasi .................................................................................................. 9
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 13
A.    Kesimpulan ........................................................................................... 13
B.     Saran ..................................................................................................... 13
Daftar pustaka ................................................................................................... 14



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Perlukaan pada jalan lahir dapat terjadi pada wanita yang telah melahirkan bayi setelah masa persalinan berlangsung. Persalinan adalah proses keluarga seorang bayi dan plasenta dari rahim ibu. Jika seseorang ibu setelah melahirkan bayinya mengalami perdarahan. Maka hal ini dapat diperkirakan bahwa perdarahan tersebut disebabkan oleh retensio plasenta atau plasenta lahir tidak lengkap. Pada keadaan ini di mana plasenta lahir lengkap dan kontraksi uterus membaik, dapat dipastikan bahwa perdarahan tersebut berasal dari perlukaan dari jalan lahir. Perlukaan ini dapat terjadi oleh karena kesalahan sewaktu memimpin suatu persalinan, pada waktu persalinan operatif melalui vagina seperti ekstraksi cunem, ekstraksi vakum, embrotomi atau traume akibat alat-alat yang dipakai. Selain itu perlukaan pada jalan lahir dapat pula terjadi oleh karena memang disengaja seperti pada tindakan episiotomi. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya robekan perinium yang luas dan dalamnya disertai pinggir yang tidak rata, di mana penyembuhan luka akan lambat dan terganggu.
Penyebab kematian janin dalam rahim paling tinggi yang berasal dari faktor ibu adalah penyulit kehamilan seperti ruptur uteri. Ruptur uteri merupakan salah satu ben­­tuk perdarahan yang terjadi pada ke­ha­mil­an lanjut dan persalinan, selain pla­senta pre­via, solusio plasenta, dan gangguan pem­­­bekuan darah. Pe­nye­­bab kematian janin dalam rahim pa­ling ting­­gi oleh karena faktor ibu yaitu ibu de­ngan penyulit kehamilan ruptur uteri.
Terjadinya ruptura uteri pada seorang ibu hamil atau sedang bersalin masih merupakan suatu bahaya besar yang mengancam jiwanya dan janinnya kematian ibu dan anak karena ruptur uteri masih tinggi. Insidens dan angka kematian yang tertinggi kita jumpai di negara-negara yang sedang berkembang, seperti Afrika dan Asia. Angka ini sebenernya dapat diperkecil bila ada pengertian dari para ibu dan masyarakat. Prenatal care, pimpinan partus yang baik, disamping fasilitas pengangkutan dari daerah-daerah perifer dan penyediaan darah yang cukup juga merupakan faktor yang penting.
B.     Tujuan
1.      Tujuan umum : Mahasiswa keperawtan mampu memahami asuhan keperawatan pada klien dengan penyakit konjungtivitis.
2.      Tujuan khusus :
Mahasiswa keperawatan mampu :
a.       Menjelaskan pengertian Ruptur Uteri.
b.      Menyebutkan penyebab Ruptur Uteri.
c.       Menyebutkan gambaran klinis dari Ruptur Uteri.
d.      Menjelaskan patofisiologi dan patway Ruptur Uteri.
e.      Menjelaskan pemeriksaan penunjang dan diaonostik Ruptur Uteri.
f.        Mengetahui danmampu  melaksanakan Askep tentang Ruptur Uteri.




















BAB II
TINJAUAN TEORI
A.    Pengertian
Ruptur Uteri adalah robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal )
Rupture uteri adalah robeknya dinding uterus pada saat kehamilan atau dalam persalinan dengan atau tanpa robeknya perioneum visceral. ( Obstetri dan Ginekologi )

B.     Etiologi
1.      Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus
2.      Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama
  Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ( Helen, 2001 )

C.     Klasifikasi
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara :
1.       Menurut waktu terjadinya
a.       Ruptur Uteri Gravidarum
1)      Waktu sedang hamil
2)      Sering lokasinya pada korpus
b.      Ruptur Uteri Durante Partum
1)      Waktu melahirkan anak
2)      Ini yang terbanyak
2.       Menurut lokasinya
a.       Korpus uteri, ini biasanya terjadi pada rahim yang sudah pernah mengalami operasi  seperti seksio sesarea klasik ( korporal ), miemoktomi
b.      Segmen bawah rahim ( SBR ), ini biasanya terjadi pada partus yang sulit dan lama tidak maju, SBR tambah lama tambah regang dan tipis dan akhirnya  terjadilah ruptur uteri yang sebenarnya
c.       Serviks uteri ini biasanya terjadi pada waktu melakukan  ekstraksi forsipal atau versi dan ekstraksi sedang pembukaan belum lengkap
d.      Kolpoporeksis, robekan-robekan di antara serviks dan vagina
3.       Menurut robeknya peritoneum
a.       Ruptur uteri Kompleta : robekan pada dinding uterus berikut peritoneumnya ( perimetrium ) ; dalam hal ini  terjadi hubungan langsung antara rongga perut dan rongga uterus dengan bahaya peritonitis
b.      Ruptru Uteri Inkompleta : robekan otot rahim tanpa ikut robek peritoneumnya. Perdarahan terjadi subperitoneal dan bisa meluas ke  ligamentum latum
4.       Menurut etiologinya
a.       Ruptur uteri spontanea
Menurut etiologinya dibagi menjadi dua :
1)      Karena dinding rahim yang lemah dan cacat
a)      bekas seksio sesar
b)      bekas miomectomia
c)       bekas perforasi waktu keratase
d)      bekas histerorafia
e)      bekas pelepasan plasenta secara manual
f)       pada gravida dikornu yang rudimenter dan graviditas interstitialis
g)      kelainan kongenital dari uterus
h)      penyakit pada rahim
i)        dinding rahim tipis dan regang ( gemelli & hidramnion )

2)      Karena peregangan yang luar biasa dari rahim
a)        pada panggul sempit atau kelainan bentuk dari panggul
b)      janin yang besar
c)       kelainan kongenital dari janin
d)        kelainan letak janin
e)        malposisi dari kepala
f)       adanya tumor pada jalan lahir
g)      rigid cervik
h)      retrofleksia uteri gravida dengan sakulasi
i)        grandemultipara dengan perut gantung ( pendulum )
j)        pimpinan partus salah
b.      Ruptur uteri violent
1)      Karena tindakan dan trauma lain :
a)      Ekstraksi forsipal
b)      Versi dan ekstraksi
c)       Embriotomi
d)      Braxton hicks version
e)      Sindroma tolakan
f)       Manual plasenta
g)      Kuretase
h)      Ekspresi kristeller atau crede
i)        Trauma tumpul dan tajam dari luar
j)        Pemberian piton tanpa indikasi dan pengawasan



D.    Manifestasi klinik
Manifestasi klinis ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
1.      Dramatis
a.      Nyeri tajam, yang sangat pada abdomen bawah saat kontraksi hebat memuncak
b.      Penghentian kontraksi uterus disertai hilangnya rasa nyeri
c.       Perdarahan vagina ( dalam jumlah sedikit atau hemoragi )
d.      Terdapat tanda dan gejala syok, denyut nadi meningkat, tekanan darah menurun dan nafas pendek ( sesak )
e.      Bagian  presentasi dapat digerakkan diatas rongga panggul
f.        Janin dapat tereposisi atau terelokasi  secara dramatis dalam abdomen ibu
g.      Bagian janin lebih mudah dipalpasi
h.      Gerakan janin dapat menjadi kuat dan kemudian menurun menjadi tidak ada gerakan dan DJJ sama sekali atau DJJ masih didengar
i.          Lingkar uterus dan kepadatannya ( kontraksi ) dapat dirasakan disamping janin ( janin seperti berada diluar uterus ).
2.      Tenang
a.      Kemungkinan terjadi muntah
b.      Nyeri tekan meningkat diseluruh abdomen
c.       Nyeri berat pada suprapubis
d.      Kontraksi uterus hipotonik
e.      Perkembangan persalinan menurun
f.        Perasaan ingin pingsan
g.      Hematuri ( kadang-kadang kencing darah )
h.      Perdarahan vagina ( kadang-kadang )Tanda-tanda syok progresif
i.        Kontraksi dapat berlanjut tanpa menimbulkan efek pada servik atau kontraksi mungkin tidak dirasakan
j.        DJJ mungkin akan hilang


E.     Pemeriksaan penunjang
1.      Pemeriksaan umum
Takikardi dan hipotensi merupakan indikasi dari kehilangan darah akut, biasanya perdarahan eksterna dan perdarahan intra abdomen
2.       Pemeriksaan Abdomen.
Sewaktu persalinan, kontur uterus yang abnormal atau perubahan kontur uterus yang tiba-tiba dapat menunjukkan adanya ekstrusi janin. Fundus uteri dapat terkontraksi dan erat dengan bagian-bagian janin yang terpalpasi dekat dinding abdomen diatas fundus yang berkontraksi. Kontraksi uterus dapat berhenti dengan mendadak dan bunyi jantung janin tiba-tiba menghilang. Sewaktu atau segera melahirkan, abdomen sering sangat lunak, disertai dengan nyeri lepas mengindikasikan adanya perdarahan intraperitoneum
3.      Pemeriksaan pelvis
Menjelang kelahiran, bagian presentasi mengalami regresi dan tidak lagi terpalpasi melalui vagina bila janin telah mengalami ekstrusi ke dalam rongga peritoneum. Perdarahan pervaginam mungkin hebat.
4.      Laparoscopy : untuk menyikapi adanya endometriosis atau kelainan bentuk panggul / pelvis.
5.      Pemeriksaan laboratorium.
a.       HB dan hematokrit untuk mengetahui batas darah HB dan nilai hematikrit untuk menjelaskan banyaknya kehilangan darah. HB < 7 g/dl atau hematokrit < 20% dinyatakan anemia berat.
6.Urinalisis : hematuria menunjukan adanya perlukaan kandung kemih.

F.      Penatalaksanaan
indakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. Bila keadaan umum mulai baik, tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi :
1.      Berikan segera cairan isotonic(ringer lakta atau garam fisiologi) 500ml dalam 15-20 menit dan siapkan laparatomy.
2.      Lakukan laparatomi untuk melahirkan anak dan plasenta.
3.      Bila konservasi uterus masih di perlukan dan kondisi jaringan memungkinkan,lakukan reprarasi uterus
4.      Bila luka mengalami nekrosis yang luas dan kondisi pasien mengkawatirkan lakukan histerektomi
5.      Lakukan bilasan peritoneal dan pasang drai dari kavum abdomen
6.      Anti biotic dan serum anti tetanus, Bila terdapat tanda-tanda infeksi(demam,mengigil,darah)

G.    Manajemen
1.      Segera hubungi dokter, konsultan, ahli anestesi, dan staff kamar operasi
2.      Buat dua jalur infus intravena dengan intra kateter no 16 : satu oleh larutan elektrolit, misalnya oleh larutan rimger laktat dan yang lain oleh tranfusi darah. ( jaga agar jalur ini tetap tebuka dengan mengalirkan saline normal, sampai darah didapatkan ).
3.      Hubungi bank darah untuk kebutuhan tranfusi darah cito, perkiraan jumlah unit dan plasma beku segar yang diperlukan
4.      Berikan oksigen
5.      Buatlah persiapan untuk pembedahan abdomen segera ( laparatomi dan histerektomi )
6.      Pada situasi yang mengkhawatirkan berikan kompresi aorta dan tambahkan oksitosin dalam cairan intra vena.





BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A.    Pengkajian
1.      Identitas : Sering terjadi pada ibu usia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun
2.      Keluhan utama : Perdarahan dari jalan lahir, badan lemah, limbung, keluar  keringat dingin, kesulitan nafas, pusing, pandangan berkunang-kunang.
3.      Riwayat kehamilan dan persalinan : Riwayat hipertensi dalam kehamilan, preeklamsi / eklamsia, bayi besar, gamelli, hidroamnion, grandmulti gravida, primimuda, anemia, perdarahan saat hamil. Persalinan dengan tindakan, robekan jalan lahir, partus precipitatus, partus lama/kasep, chorioamnionitis, induksi persalinan, manipulasi kala II dan III.
4.      Riwayat kesehatan : Kelainan darah dan hipertensi
5.      Pengkajian fisik :
a.       Tekanan darah : Normal/turun ( kurang dari 90-100 mmHg)
b.      Nadi : Normal/meningkat ( 100-120 x/menit)
c.       Pernafasan : Normal/ meningkat ( 28-34x/menit )
d.      Suhu : Normal/ meningkat
e.      Kesadaran : Normal / turun
f.        Fundus uteri/abdomen : lembek/keras, subinvolusi
g.       Kulit : Dingin,v berkeringat, kering, hangat, pucat, capilary refill memanjan
h.      Pervaginam : Keluar darah, robekan, lochea ( jumlah dan jenis )
i.         Kandung kemih : distensi, produksi urin menurun/berkurang




B.     Diagnosa keperawatan
1.       Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
2.       Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
3.       Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
4.       Resiko infeksi b/d perdarahan
5.       Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan

C.     Intervensi keperawatan
1.       Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam
a.       Tujuan
Mencegah disfungsional bleeding dan memperbaiki volume cairan
INTERVENSI
RASIONAL
Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang
Dengan kaki lebih tinggi akan meningkatkan venous return dan memungkinkan darah keotak dan organ lain.
Monitor tanda vital
Perubahan tanda vital terjadi bila perdarahan semakin hebat
Monitor intake dan output setiap 5-10 menit
Perubahan output merupakan tanda adanya gangguan fungsi ginjal
  Evaluasi kandung kencing
Kandung kencing yang penuh menghalangi kontraksi uterus
Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis.
Massage uterus merangsang kontraksi uterus dan membantu pelepasan placenta, satu tangan diatas simpisis mencegah terjadinya inversio uteri
Batasi pemeriksaan vagina dan rectum
Trauma yang terjadi pada daerah vagina serta rektum meningkatkan terjadinya perdarahan yang lebih hebat, bila terjadi laserasi pada serviks / perineum atau terdapat hematom
Bila tekanan darah semakin turun, denyut nadi makin lemah, kecil dan cepat, pasien merasa mengantuk, perdarahan semakin hebat, segera kolaborasi.

Berikan infus atau cairan intravena
  Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravascular
  Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri )
Uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan
  Berikan antibiotic
Antibiotik mencegah infeksi yang mungkin terjadi karena perdarahan

Berikan transfusi whole blood ( bila perlu )
Whole blood membantu menormalkan volume cairan tubuh.


2.       Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam
a.       tujuan: Tanda vital dan gas darah dalam batas normal
INTERVENSI
RASIONAL
Monitor tanda vital tiap 5-10 menit
Perubahan perfusi jaringan menimbulkan perubahan pada tanda vital
Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit
Dengan vasokontriksi dan hubungan keorgan vital, sirkulasi di jaingan perifer berkurang sehingga menimbulkan cyanosis dan suhu kulit yang dingin
Kaji ada / tidak adanya produksi ASI
Perfusi yang jelek menghambat produksi prolaktin dimana diperlukan dalam produksi ASI
Tindakan kolaborasi :
Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )
Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).
mencegah hipoksia

3.       Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian
a.       Tujuan : Klien dapat mengungkapkan secara verbal rasa cemasnya dan mengatakan perasaan cemas berkurang atau hilang.
INTERVENSI
RASIONAL
Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan
Persepsi klien mempengaruhi intensitas cemasnya
Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )
Perubahan tanda vital menimbulkan perubahan pada respon fisiologis
Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung
Memberikan dukungan emosi
Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan
Informasi yang akurat dapat mengurangi cemas dan takut yang tidak diketahui
Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya
Ungkapan perasaan dapat mengurangi cemas
Kaji mekanisme koping yang digunakan klien
Cemas yang berkepanjangan dapat dicegah dengan mekanisme koping yang tepat.

4.       Resiko infeksi sehubungan dengan perdarahan
a.       tujuan : Tidak terjadi infeksi (lokea tidak berbau dan TV dalam batas normal)
INTERVENSI
RASIOANAL
Catat perubahan tanda vital
Perubahan tanda vital ( suhu ) merupakan indikasi terjadinya infeksi
Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul
Tanda-tanda tersebut merupakan indikasi terjadinya bakterimia, shock yang tidak terdeteksi
Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea
Infeksi uterus menghambat involusi dan terjadi pengeluaran lokea yang berkepanjangan
Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing
Infeksi di tempat lain memperburuk keadaan
Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut
jangan sampai terlalu basah
pembalut yang terlalu basah menyebabkan kulit iritasi dan
dapat menjadi media untuk pertumbuhan bakteri,peningkatan
resiko infeksi.


5.       Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan
a.       Tujuan: Tidak terjadi shock(tidak terjadi penurunan kesadaran
dan tanda-tanda dalam batas normal)

INTERVENSI
RASIONAL
Anjurkan pasien untuk banyak minum
Peningkatan intake cairan dapat meningkatkan volume intravascular sehingga dapat meningkatkan volume intravascular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan.
Observasitanda-tandavital tiap 4 jam.
Perubahan tanda-tanda vital dapat merupakan indikator terjadinya dehidrasi secara dini.
Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.
Dehidrasi merupakan terjadinya shock bila dehidrasi tidak ditangani secara baik.
Observasi intake cairan dan output.
Intake cairan yang adekuat dapat menyeimbangi pengeluaran cairan yang berlebihan.
Kolaborasi dalam : - Pemberian cairan infus / transfuse
Cairan intravena dapat meningkatkan volume intravaskular yang dapat meningkatkan perfusi jaringan sehingga dapat mencegah terjadinya shock.
Pemberian koagulantia dan uterotonika.
Koagulan membantu dalam proses pembekuan darah dan uterotonika merangsang kontraksi uterus dan mengontrol perdarahan.

D.    Evaluasi
Semua tindakan yang dilakukan diharapkan memberikan hasil :
1.       Tanda vital dalam batas normal :
a.       Tekanan darah : 110/70-120/80 mmHg
b.      Denyut nadi : 70-80 x/menit
c.       Pernafasan : 20 – 24 x/menit
d.      Suhu : 36 – 37 oc
2.       Kadar Hb : Lebih atau sama dengan 10 g/dl
3.       Gas darah dalam batas normal
4.       Klien dan keluarganya mengekspresikan bahwa dia mengerti tentang komplikasi dan pengobatan yang dilakukan
5.       Klien dan keluarganya menunjukkan kemampuannya dalam mengungkapkan perasaan psikologis dan emosinya
6.       Klien dapat melakukan aktifitasnya sehari-hari
7.       Klien tidak merasa nyeri
8.       Klien dapat mengungkapkan secara verbal perasaan cemasnya


BAB IV
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Ruptur Uteri merupakan suatu robekan atau diskontinuita dinding rahim akibat dilampauinya daya regang miomentrium. ( buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal ) dimana yang menjadi penyebabnya adalah riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus, induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama serta presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ) ( Helen, 2001 ) dengan Tanda dan gejala ruptur uteri dapat terjadi secara dramatis atau tenang.
Ruptur uteri dapat dibagi menurut beberapa cara yaitu : Menurut waktu terjadinya, Menurut lokasinya, Menurut robeknya peritoneum, Menurut etiologinya, dan Menurut simtoma klinik

B.     Saran
1.      Untuk Akademi
Diharapkan kepada akademi agar dapat lebih memperbanyak buku-buku yang dapat menunjang perkuliahan, khususnya mata kuliah Keperawatan Maternitas  dan mata kuliah lainnya.
2.      Untuk mahasiswa
Untuk dapat membaca dan memberikan masukan tentang makalah ini serta dapat mempergunakan makalah ini sebagai bahan penunjang materi pembelajaran.
3.      Untuk pembaca
Agar dapat membaca makalah dan menggunakan makalah ini sebagai bahan bacaan yang bermanfaat bagi si pembaca dan juga yang lainnya.


Daftar pustaka
1.     Brunner & Suddart,s (1996), Textbook of Medical Surgical Nursing –2, JB. Lippincot Company, Pholadelpia.
2.     Klein. S (1997), A Book Midwives; The Hesperien Foundation, Berkeley, CA.
3.      Lowdermilk. Perry. Bobak (1995), Maternity Nuring , Fifth Edition, Mosby Year Book, Philadelpia.
4.     Prawirohardjo Sarwono ; EdiWiknjosastro H (1997), Ilmu Kandungan, Gramedia, Jakarta.
5.     RSUD Dr. Soetomo (2001), Perawatan Kegawat daruratan Pada Ibu Hamil, FK. UNAIR, Surabaya
6.     Subowo (1993), Imunologi Klinik, Angkasa, Bandung
7.     Tabrani Rab 9 1998), Agenda Gawat Darurat, Alumni, Bandung.



.....                                                                    i

Tidak ada komentar:

Posting Komentar