Sabtu, 09 Mei 2015

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA ANSIETAS . BY REINALDI WIMI



KEPERAWATAN JIWA
LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN RESIKO BUNUH DIRI
Description: D:\Penting\Akper BK.jpg

Disusun Oleh Tingkat IIA Group 7 :
Meliana Herniwati Posuka
Anggryana Monica Makatutu
I Made Riksen. S
Hesti Nurani Poai
Ein kapuy

AKADEMI KEPERAWATAN BALA KESELAMATAN PALU
Tahun Akademik 2015/2016

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I           PENDAHULUAN.................................................................... 1
A.          Latar belakang................................................................. 1
B.           Tujuan Umum.................................................................. 2
C.           Tujuan Khusus................................................................. 2

BAB II         TINJAUAN TEORITIS........................................................ ..3       
A.           Pengertian........................................................................ 3
B.           Etiologi............................................................................ 3
C.           Manifestasi Klinis............................................................ 4
D.           Patofisiologi..................................................................... 5
E.            Penatalaksanaan............................................................... 6
F.            Komplikasi....................................................................... 7

BAB III       ASUHAN KEPERAWATAN.................................................. 8
A.           Pengkajian....................................................................... 8
B.           Diagnosa Keperawatan.................................................... 8
C.           Intervensi dan Rasional................................................... 9
D.           Evaluasi........................................................................... 11

BAB IV PENUTUP..................................................................................... ..12
A.           Kesimpulan...................................................................... 12
B.           Saran................................................................................ 12

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Posisi Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti Jepang, dengan tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China yang mencapai 250.000 per tahun. Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia dinilai masih cukup tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh diri per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk dan kejadian bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9 kasus per 100.000 penduduk.
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi berada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis kelamin, perempuan melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali lebih banyak dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri pada kalangan perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum lelaki lebih letal atau mematikan seperti menggantung diri. Kelompok yang beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri adalah mahasiswa, penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-orang yang berpisah atau becerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang kara, kaum pendatang, para penghuni daerah kumu dan miskin, kelompok professional tetentu, seperti dokter, pengacara, dan psikolog.



B.     Tujuan
1.    Tujuan Umum
Mampu menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan bunuh diri
2.    Tujuan Khusus
a.    Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien dengan bunuh diri.
b.    Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien bunuh diri.
c.     Dapat membuat perencanaan pada klien bunuh diri.
d.   Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien bunuh diri.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

A.    Pengertian
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri
Menurut Keliat (1991) bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri ini dapat berupa keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Bunuh diri adalah tindakan untuk membunuh diri sendiri (Vide Beck, 2008).

B.     Etiologi
Banyak penyebab tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1.    Kegagalan beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2.    Perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal / gagal melakukan hubungan yang berarti.
3.    Perasaan marah / bermusuhan, bunuh diri dapat melakukan hubungan pada diri sendiri.
4.    Cara untuk mengakhiri keputusan.

Faktor-faktor resiko bunuh diri
1.    Keputusasaan
2.    Ras kulit putih
3.    Jenis kelamin laki-laki
4.    Usia lebih tua
5.    Hidup sendiri

Riwayat
1.    Pernah mencoba bunuh diri
2.    Riwayat keluarga tentang percobaan bunuh diri
3.    Riwayat keluarga tentang penyalahgunaan zat

 Diagnostik
1.    Penyakit medik umum
2.    Psikosis
3.    Penyalahgunaan zat

C.    Manifestasi Klinis
1.    Petunjuk dan Gejala
a.    Keputusasaan
b.    Celaan terhadap diri sendiri perasaan gagal dan tidak berguna
c.    Alam perasaan depresi
d.   Agitrasi dan kegelisahan
e.    Insomnia yang menetap
f.     Penurunan BB
g.     Berbicara lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.

2.    Petunjuk Psikiatrik
a.    Upaya bunuh diri sebelumnya
b.    Kelainan afektif
c.    Alkoholisme dan penyalahgunaan obat
d.   Kelainan tindakan dan depresi mental pada remaja
e.    Demensia dini/status kekacauan mental pada lansia


3.    Riwayat Psikososial
a.    Baru berpisah/bercerai, kehilangan
b.    Hidup sendiri
c.    Tidak bekerja, perubahan/kehilangan pekerjaan yang baru dialami

4.    Faktor Kepribadian
a.    Implisit, agresif, rasa bermusuhan
b.    Keputusasaan
c.    Harga diri rendah
d.   Batasan/gangguan kepribadian antisosial

D.    Patofisiologi
Semua perilaku bunuh diri adalah serius, apapun tujuannya. Dalam pengkajian perilaku bunuh diri, lebih ditekankan pada metoda lebalitas yang dilakukan atau digunakan. Walaupun semua ancaman dan percobaan bunuh diri harus ditanggapisecara serius, perhatian yang lebih waspada dan seksama menjadi indikasi jika seseorang mencoba bunuh diri dengan cara yang paling mematikan seperti dengan pistol, mengantungkan diri
atau loncat. Perilaku bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori :
1.    Ancaman bunuh diri
2.    Upaya bunuh diri
3.    Bunuh diri
Individu putus harapan menunjukkan perilaku yang tidak berdaya, putus asa, apatis, kehilangan, ragu-ragu, sedih, depresi serta yang paling berat adalah bunuh diri.
1.    Ketidakberdayaan, keputusasaan, apatis
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan masalah karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang bisa bermanfaat sudah tidak berguna lagi. Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
2.    Kehilangan, ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-cita tidak tercapai.
3.    Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Banyak teori yang menjelaskan tentang depresi dan semua sepakat keadaan depresi merupakan indikasi terjadi bunuh diri.
4.    Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
5.    Faktor resiko bunuh diri
Mengapa individu terdorong untuk bunuh diri?? Banyak pendapat tentang penyebab atau alasan bunuh diri, termasuk hal-hal berikut :
a.    Kegagalan untuk adaptasi
b.    Perasaan terisolasi
c.    Perasaan marah dan bermusuhan
d.   Cara untuk mengakhiri keputusasaan

E.     Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau dikamar pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah. Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi, obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.

F.     Komplikasi
Komplikasi yang mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung pada jenis dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar dari klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk mengulangi perbuatan tentamen suicide.
Pada klien dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi zat komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces, kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya meninggal. Pada klien dengan tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok yang diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak. Pada klien dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak dilakukan resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

A.    Pengkajian
Pengkajian bunuh diri termasuk aplikasi observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda spesifik dan rencana yang spesifik. Pengkajian juga mencakup apakah individu telah membuat rencana bunuh diri tersebut. Orang yang siap bunuh diri adalah orang yang telah mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat untuk melakukan bunuh diri. Langkah awal, membina hubungan selama wawancara yang sifatnya tidak menghakimi pasien. Apabila pasien tidak menceritakan sendiri keinginannya, selidiki adanya ide-ide bunuh diri melalui pertanyaan-pertanyaan yang lebih spesifik, misal, “Apakah Mas merasakan sedih?”. “Apakah Mas pernah memikirkan untuk mengakhiri hidup?”. “Bagaimana caranya?”. Mengajukan pertanyaan mengenai bunuh diri tidak akan mencetuskan terjadinya peristiwa itu. Hal utama yang perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menentukan tingkat resiko dari tingkah laku bunuh diri. Ditekankan pada perilaku, faktor prediposisi, stressor presipitasi, penilaian stressor dan mekanisme koping.

B.     Diagnosa Keperawatan
Diagnosa perilaku destruktif diri memerlukan pengkajian yang cermat. Penyangkalan dari pasien terhadap sikap merusak diri tidak boleh mempengaruhi perawat dala melakukan intervensi keperawatan. Diagnosa keperawatan didasarkan pada hasil pengamatan perawat, data-data yang dikumpulkan oleh pemberi pelayanan kesehatan lain dan informasi yang diberikan oleh pasien dan keluarga.
Diagnosa NANDA yang berhubungan dengan Respon Proteksi Diri Maladaptif adalah Risiko Bunuh diri


C.    Intervensi
Kriteria hasil:
Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik
Tujuan
Intervensi
Rasional
pasien tidak melakukan aktivitas yang mencederai dirinya
pindahkan benda yang membahayakan
prioritaskan tertinggi diberikan pada aktivitas penyelamatan hidup pasien
observasi dengan ketat
perilaku pasien harus diawasi sampai kendali diri memadai untuk keamanan
siapkan lingkungan yang aman
memberikan kenyamanan pada pasien
pasien dapat mengidentifikasi aspek positif pada dirinya
identifikasi kekuatan pasien
perilaku bunuh diri mencerminkan depresi yang mendasar dan terkait dengan harga diri rendah serta kemarahan terhadap diri sendiri
ajak pasien untuk berperan serta dalam aktivitas yang disukai dan dapat dilakukannya
dijadikan sebagai salah satu cara mengendalikan perilaku ingin bunuh diri
pasien akan mengimplementasikan respons protektif-diri yang adaptif
bantu pasien mengenal mekanisme koping yang tidak adaptif
mekanisme koping maladaptive harus diganti dengan mekanisme koping yang sehat untuk mengatasi stress dan ansietas
identifikasi alternatif cara koping
untuk menumbuhkan dan meningkatkan mekanisme koping pasien
pasien akan mengidentifikasi sumber dukungan sosial yang bermanfaat
bantu orang terdekat untuk berkomunikasi secara konstruktif dengan pasien
isolasi sosial menyebabkan harga diri rendah dan depresi, mencetuskan perilaku destruktif-diri
tingkatkan hubungan keluarga yang sehat
meningkatkan kepercayaan diri pasien dan mencegah perilaku destruktif-diri
pasien akan mampu menjelaskan rencana pengobatan dan rasionalnya
libatkan pasien dan orang terdekat dalam perencanaan asuhan
pemahaman dan peran serta dalam perencanaan pelayanan kesehatan meningkatkan kepatuhan
jelaskan karakteristik dari kebutuhan pelayanan kesehatan yang telah diidentifikasi, kebutuhan asuhan keperawatan, diagnosis medis, pengobatan, dan medikasi yang direkomendasikan
pemahaman dalam proses perawatan dan pengobatan meningkatkan kepatuhan dan mendukung proses penyembuhan

D.    Evaluasi
Di bawah ini tanda- tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya, berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan :
1.    Untuk pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaaan bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap aman dan selamat
2.    Untuk pasien yang memberikan isyarat bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan:
a.    Pasien mampu mengungkapkan perasaan
b.    Pasien mampu meningkatkan harga diri
c.    Pasien mampu menggunkapkan cara penyelesaian masalah yang baik



BAB IV
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti diri sendiri.

B.     Saran
Bagi tenaga kesehatan dan keluarga korban supaya lebih memahami tanda dan gejala bunuh diri sehingga dapat dicegah terjadinya kasus bunuh diri. 


DAFTAR PUSTAKA

Jenny., dkk. (2010). Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta: Graha Ilmu.
Dalami , ermawati, S.Kp., dkk. (2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.
Ingram, I.M.,dkk. (1995). Catatan Kuliah Psikiatri. Jakarta : EGC
Tomb, David. A . (2004). Psikiatri. Jakarta : EGC




Tidak ada komentar:

Posting Komentar