KEPERAWATAN JIWA
LAPORAN
PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN
RESIKO BUNUH DIRI

Disusun Oleh Tingkat IIA Group 7 :
Meliana Herniwati
Posuka
Anggryana Monica Makatutu
I Made Riksen. S
Hesti Nurani Poai
Ein kapuy
AKADEMI KEPERAWATAN BALA KESELAMATAN PALU
Tahun Akademik 2015/2016
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
A.
Latar
belakang................................................................. 1
B.
Tujuan
Umum.................................................................. 2
C.
Tujuan
Khusus................................................................. 2
BAB II TINJAUAN
TEORITIS........................................................ ..3
A.
Pengertian........................................................................ 3
B.
Etiologi............................................................................ 3
C.
Manifestasi
Klinis............................................................ 4
D.
Patofisiologi..................................................................... 5
F.
Komplikasi....................................................................... 7
BAB III ASUHAN
KEPERAWATAN.................................................. 8
A.
Pengkajian....................................................................... 8
B.
Diagnosa
Keperawatan.................................................... 8
C.
Intervensi
dan Rasional................................................... 9
D.
Evaluasi........................................................................... 11
BAB IV PENUTUP..................................................................................... ..12
A.
Kesimpulan...................................................................... 12
B.
Saran................................................................................ 12
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................... 13
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Posisi
Indonesia hampir mendekati negara-negara bunuh diri, seperti Jepang, dengan
tingkat bunuh diri mencapai lebih dari 30.000 orang per tahun dan China yang
mencapai 250.000 per tahun. Pada tahun 2005, tingkat bunuh diri di Indonesia
dinilai masih cukup tinggi. Berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
pada 2005, sedikitnya 50.000 orang Indonesia melakukan tindak bunuh diri tiap
tahunnya. Dengan demikian, diperkirakan 1.500 orang Indonesia melakukan bunuh
diri per harinya. Namun laporan di Jakarta menyebutkan sekitar 1,2 per 100.000 penduduk dan kejadian
bunuh diri tertinggi di Indonesia adalah Gunung Kidul, Yogyakarta mencapai 9
kasus per 100.000 penduduk.
Adapun kejadian bunuh diri tertinggi
berada pada kelompok usia remaja dan dewasa muda (15 – 24 tahun), untuk jenis
kelamin, perempuan melakukan percobaan bunuh diri (attemp suicide) empat kali
lebih banyak dari laki laki. Cara yang populer untuk mencoba bunuh diri pada
kalangan perempuan adalah menelan pil, biasanya obat tidur, sedangkan kaum
lelaki lebih letal atau mematikan seperti menggantung diri. Kelompok yang
beresiko tinggi untuk melakukan percobaan bunuh diri adalah mahasiswa,
penderita depresi, para lansia, pecandu alcohol, orang-orang yang berpisah atau
becerai dengan pasangan hidupnya, orang-orang yang hidup sebatang kara, kaum
pendatang, para penghuni daerah kumu dan miskin, kelompok professional tetentu,
seperti dokter, pengacara, dan psikolog.
B.
Tujuan
1.
Tujuan Umum
Mampu
menerapkan asuhan keperawatan pada pasien dengan bunuh diri
2.
Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara
langsung pada klien dengan bunuh diri.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat
diagnosa keperawatan pada klien bunuh diri.
c. Dapat membuat perencanaan pada klien bunuh
diri.
d. Mampu melaksanakan tindakan
keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada klien
bunuh diri.
BAB
II
TINJAUAN
TEORITIS
A.
Pengertian
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan untuk
mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya melaksanakan
hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat, percobaan
dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang menyakiti
diri sendiri
Menurut Keliat (1991) bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak
diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri ini dapat berupa
keputusan terakhir dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
Bunuh diri adalah tindakan untuk membunuh diri sendiri (Vide Beck,
2008).
B.
Etiologi
Banyak penyebab
tentang alasan seseorang melakukan bunuh diri :
1. Kegagalan
beradaptasi, sehingga tidak dapat menghadapi stres.
2. Perasaan
terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan hubungan interpersonal / gagal
melakukan hubungan yang berarti.
3. Perasaan marah /
bermusuhan, bunuh diri dapat melakukan hubungan pada diri sendiri.
4. Cara untuk
mengakhiri keputusan.
Faktor-faktor
resiko bunuh diri
1. Keputusasaan
2. Ras kulit putih
3. Jenis kelamin
laki-laki
4. Usia lebih tua
5. Hidup sendiri
Riwayat
1. Pernah mencoba
bunuh diri
2. Riwayat keluarga
tentang percobaan bunuh diri
3. Riwayat keluarga
tentang penyalahgunaan zat
Diagnostik
1. Penyakit medik umum
2. Psikosis
3. Penyalahgunaan zat
C. Manifestasi
Klinis
1. Petunjuk dan Gejala
a. Keputusasaan
b. Celaan terhadap
diri sendiri perasaan gagal dan tidak berguna
c. Alam perasaan
depresi
d. Agitrasi dan
kegelisahan
e. Insomnia yang
menetap
f. Penurunan BB
g. Berbicara
lamban, keletihan, menarik diri dari lingkungan sosial.
2. Petunjuk Psikiatrik
a. Upaya bunuh diri
sebelumnya
b. Kelainan afektif
c. Alkoholisme dan
penyalahgunaan obat
d. Kelainan tindakan
dan depresi mental pada remaja
e. Demensia
dini/status kekacauan mental pada lansia
3. Riwayat Psikososial
a. Baru
berpisah/bercerai, kehilangan
b. Hidup sendiri
c. Tidak bekerja,
perubahan/kehilangan pekerjaan yang baru dialami
4. Faktor Kepribadian
a. Implisit, agresif,
rasa bermusuhan
b. Keputusasaan
c. Harga diri rendah
d. Batasan/gangguan
kepribadian antisosial
D. Patofisiologi
Semua perilaku
bunuh diri adalah serius, apapun tujuannya. Dalam pengkajian perilaku bunuh
diri, lebih ditekankan pada metoda lebalitas yang dilakukan atau digunakan.
Walaupun semua ancaman dan percobaan bunuh diri harus ditanggapisecara serius,
perhatian yang lebih waspada dan seksama menjadi indikasi jika seseorang
mencoba bunuh diri dengan cara yang paling mematikan seperti dengan pistol,
mengantungkan diri
atau loncat. Perilaku
bunuh diri biasanya dibagi menjadi 3 kategori :
1. Ancaman bunuh diri
2. Upaya bunuh diri
3. Bunuh diri
Individu putus
harapan menunjukkan perilaku yang tidak berdaya, putus asa, apatis, kehilangan,
ragu-ragu, sedih, depresi serta yang paling berat adalah bunuh diri.
1. Ketidakberdayaan,
keputusasaan, apatis
Individu yang tidak berhasil memecahkan masalah akan meninggalkan
masalah karena merasa tidak mampu, seolah-olah koping yang bisa bermanfaat
sudah tidak berguna lagi. Harga diri rendah, apatis dan tidak mampu
mengembangkan koping yang baru serta yakin tidak ada yang membantu.
2. Kehilangan,
ragu-ragu
Individu yang mempunyai cita-cita terlalu tinggi dan tidak
realistis akan merasa gagal dan kecewa jika cita-cita tidak tercapai.
3. Depresi
Dapat dicetuskan oleh rasa bersalah atau kehilangan yang
ditandai dengan kesedihan dan rendah diri. Banyak teori yang menjelaskan
tentang depresi dan semua sepakat keadaan depresi merupakan indikasi terjadi
bunuh diri.
4. Bunuh diri
Adalah tindakan agresif yang langsung terhadap diri sendiri
untuk mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terakhir
dari individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi.
5. Faktor resiko bunuh
diri
Mengapa individu terdorong untuk bunuh diri?? Banyak pendapat
tentang penyebab atau alasan bunuh diri, termasuk hal-hal berikut :
a. Kegagalan untuk
adaptasi
b. Perasaan terisolasi
c. Perasaan marah dan
bermusuhan
d. Cara untuk
mengakhiri keputusasaan
E. Penatalaksanaan
Pertolongan pertama biasanya dilakukan secara darurat atau
dikamar pertolongan darurat di RS, dibagian penyakit dalam atau bagian bedah.
Dilakukan pengobatan terhadap luka-luka atau keadaan keracunan, kesadaran
penderita tidak selalu menentukan urgensi suatu tindakan medis. Penentuan
perawatan tidak tergantung pada faktor sosial tetapi berhubungan erat dengan
kriteria yang mencerminkan besarnya kemungkinan bunuh diri. Bila keadaan
keracunan atau terluka sudah dapat diatasi maka dapat dilakukan evaluasi
psikiatri. Tidak adanya hubungan beratnyagangguan badaniah dengan gangguan
psikologik. Penting sekali dalam pengobatannya untuk menangani juga gangguan
mentalnya. Untuk pasien dengan depresi dapat diberikan terapi elektro konvulsi,
obat obat terutama anti depresan dan psikoterapi.
F. Komplikasi
Komplikasi yang
mungkin muncul pada klien dengan tentamen suicide sangat tergantung pada jenis
dan cara yang dilakukan klien untuk bunuh diri, namun resiko paling besar dari
klien dengan tentamen suicide adalah berhasilnya klien dalam melakukan tindakan
bunuh diri, serta jika gagal akan meningkatkan kemungkingan klien untuk
mengulangi perbuatan tentamen suicide.
Pada klien
dengan percobaan bunuh diri dengan cara meminum zat kimia atau intoksikasi zat
komplikasi yang mungkin muncul adalah diare, pupil pi- poin, reaksi cahaya
negatif , sesak nafas, sianosis, edema paru .inkontenesia urine dan feces,
kovulsi, koma, blokade jantung akhirnya meninggal. Pada klien dengan
tentamen suicide yang menyebabkan asfiksia akan menyebabkan syok yang
diakibatkan karena penurunan perfusi di jaringan terutama jaringan otak. Pada klien
dengan perdarahan akan mengalami syok hipovolemik yang jika tidak dilakukan
resusitasi cairan dan darah serta koreksi pada penyebab hemoragik syok, kardiak
perfusi biasanya gagal dan terjadi kegagalan multiple organ.
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian bunuh diri termasuk
aplikasi observasi melekat dan keterampilan mendengar untuk mendeteksi tanda
spesifik dan rencana yang spesifik. Pengkajian juga mencakup apakah individu
telah membuat rencana bunuh diri tersebut. Orang yang siap bunuh diri adalah
orang yang telah mempunyai rencana spesifik dan mempunyai alat untuk melakukan
bunuh diri. Langkah awal, membina hubungan selama wawancara yang sifatnya tidak
menghakimi pasien. Apabila pasien tidak menceritakan sendiri keinginannya,
selidiki adanya ide-ide bunuh diri melalui pertanyaan-pertanyaan yang lebih
spesifik, misal, “Apakah Mas merasakan sedih?”. “Apakah Mas pernah memikirkan
untuk mengakhiri hidup?”. “Bagaimana caranya?”. Mengajukan pertanyaan mengenai
bunuh diri tidak akan mencetuskan terjadinya peristiwa itu. Hal utama yang
perlu dikaji adalah tanda atau gejala yang dapat menentukan tingkat resiko dari
tingkah laku bunuh diri. Ditekankan pada perilaku, faktor prediposisi, stressor
presipitasi, penilaian stressor dan mekanisme koping.
B. Diagnosa
Keperawatan
Diagnosa perilaku destruktif diri
memerlukan pengkajian yang cermat. Penyangkalan dari pasien terhadap sikap
merusak diri tidak boleh mempengaruhi perawat dala melakukan intervensi
keperawatan. Diagnosa keperawatan didasarkan pada hasil pengamatan perawat,
data-data yang dikumpulkan oleh pemberi pelayanan kesehatan lain dan informasi
yang diberikan oleh pasien dan keluarga.
Diagnosa NANDA yang berhubungan
dengan Respon Proteksi Diri Maladaptif adalah Risiko Bunuh diri
C. Intervensi
Kriteria hasil:
Pasien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik
Tujuan
|
Intervensi
|
Rasional
|
pasien tidak melakukan aktivitas
yang mencederai dirinya
|
pindahkan benda yang membahayakan
|
prioritaskan tertinggi diberikan
pada aktivitas penyelamatan hidup pasien
|
observasi dengan ketat
|
perilaku pasien harus diawasi
sampai kendali diri memadai untuk keamanan
|
|
siapkan lingkungan yang aman
|
memberikan kenyamanan pada pasien
|
|
pasien dapat mengidentifikasi
aspek positif pada dirinya
|
identifikasi kekuatan pasien
|
perilaku bunuh diri mencerminkan
depresi yang mendasar dan terkait dengan harga diri rendah serta kemarahan
terhadap diri sendiri
|
ajak pasien untuk berperan serta
dalam aktivitas yang disukai dan dapat dilakukannya
|
dijadikan sebagai salah satu cara
mengendalikan perilaku ingin bunuh diri
|
|
pasien akan mengimplementasikan
respons protektif-diri yang adaptif
|
bantu pasien mengenal mekanisme
koping yang tidak adaptif
|
mekanisme koping maladaptive harus
diganti dengan mekanisme koping yang sehat untuk mengatasi stress dan
ansietas
|
identifikasi alternatif cara
koping
|
untuk menumbuhkan dan meningkatkan
mekanisme koping pasien
|
|
pasien akan mengidentifikasi
sumber dukungan sosial yang bermanfaat
|
bantu orang terdekat untuk
berkomunikasi secara konstruktif dengan pasien
|
isolasi sosial menyebabkan harga
diri rendah dan depresi, mencetuskan perilaku destruktif-diri
|
tingkatkan hubungan keluarga yang
sehat
|
meningkatkan kepercayaan diri
pasien dan mencegah perilaku destruktif-diri
|
|
pasien akan mampu menjelaskan
rencana pengobatan dan rasionalnya
|
libatkan pasien dan orang terdekat
dalam perencanaan asuhan
|
pemahaman dan peran serta dalam
perencanaan pelayanan kesehatan meningkatkan kepatuhan
|
jelaskan karakteristik dari
kebutuhan pelayanan kesehatan yang telah diidentifikasi, kebutuhan asuhan
keperawatan, diagnosis medis, pengobatan, dan medikasi yang direkomendasikan
|
pemahaman dalam proses perawatan
dan pengobatan meningkatkan kepatuhan dan mendukung proses penyembuhan
|
D. Evaluasi
Di
bawah ini tanda- tanda keberhasilan asuhan keperawatan yang diberikan kepada
pasien dan keluarganya, berdasarkan perilaku bunuh diri yang ditampilkan :
1. Untuk
pasien yang memberikan ancaman atau melakukan percobaaan bunuh diri,
keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan keadaan pasien yang tetap aman
dan selamat
2. Untuk pasien yang memberikan isyarat
bunuh diri, keberhasilan asuhan keperawatan ditandai dengan:
a. Pasien mampu mengungkapkan perasaan
b. Pasien mampu meningkatkan harga diri
c. Pasien mampu menggunkapkan cara
penyelesaian masalah yang baik
BAB
IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah suatu upaya yang disadari dan bertujuan
untuk mengakhiri kehidupan individu secara sadar berhasrat dan berupaya
melaksanakan hasratnya untuk mati. Prilaku bunuh diri meliputi isyarat-isyarat,
percobaan dan ancaman verbal yang akan mengakibatkan kematian, atau luka yang
menyakiti diri sendiri.
B. Saran
Bagi tenaga
kesehatan dan keluarga korban supaya lebih memahami tanda dan gejala bunuh diri
sehingga dapat dicegah terjadinya kasus bunuh diri.
DAFTAR PUSTAKA
Jenny., dkk. (2010). Asuhan
Keperawatan Pada Klien Dengan Masalah Psikososial dan Gangguan Jiwa. Medan:
USU Press.
Sujono & Teguh. (2009). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jogjakarta:
Graha Ilmu.
Dalami , ermawati, S.Kp., dkk.
(2009). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan
Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Info Media.
Ingram, I.M.,dkk. (1995). Catatan
Kuliah Psikiatri. Jakarta : EGC
Tomb, David. A . (2004). Psikiatri.
Jakarta : EGC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar